Tidak seperti peserta lainnya, penampilan Andeni Muslim saat di lapangan sama sekali tidak menunjukkan ketegangan.

Ekspresi Deni, demikian lelaki bertubuh mungil ini biasa disapa, terkesan santai dan tidak memiliki beban apapun saat bertanding.

Pada beberapa gerakan saat hendak menyerang lawan, ia bahkan tampak riang dan tersenyum.

Apakah gayanya itu ekspresi meledek lawan tanding? “Oh, tidak,” kata Deni saat ditanya Asah Asuh usai bertanding dalam babak final Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) cabang pencak silat di Jakarta yang berlangsung pertengahan 2014.

Lalu? “Hanya coba membawa suasana tidak tegang,” katanya kemudian tertawa ringan.

Pada babak final, ia melawan peserta asal Jawa Barat di kelas B (42-45 kg).
Dengan sejumlah tendangan dan pukulan yang berhasil mengenai lawan, ia akhirnya berhasil menjadi juara untuk kelas tersebut dan berhak meraih medali emas.

“Alhamdulillah senang bisa meraih emas,” tutur anak pertama dari dua bersaudara ini.

Deni memang sudah tidak asing lagi dengan pencak silat.

Sejak kelas 5 SD, ia sudah mulai berlatih olahraga bela diri asli Indonesia tersebut.

Ia juga kini merupakan atlet daerah yang sudah sering bertanding dan mengantongi gelar juara.

Sebut saja Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) di Sulawesi Selatan yang diselenggarakan Maret 2014 lalu.

Siswa SMA Negeri 1 Tongkobulu, Kabupaten Bangkai, Sulawesi Selatan ini berhasil meraih medali emas.

Ia diperkenalkan olahraga ini oleh Ibunya. “Ibu atlet dan pelatih pencak silat,” katanya.

Tidak heran, dukungan terbesar datang dari sang Ibu.

Deni mengaku untuk menjadi yang terbaik memang dibutuhkan kerja keras.

Setiap hari ia berlatih di salah satu perguruan pencak silat di daerahnya.

“Latihan setiap hari, pagi, siang, sore,” ucapnya. Lalu kapan waktu untuk menikmati masa remaja? “Kan masih ada hari Minggu atau hari libur lainnya? Yang pasti saya masih bisa bersenang-senang,” imbuh Deni lalu tersenyum. (Kemdikbud/PIH/Ratih)

Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2014