Ambon (ANTARA News) - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Maluku mengkoordinasikan pihak terkait sehubungan adanya empat warga Maluku yang menjadi korban tenggelam kapal ikan Oryong 501 berbendera Korea Selatan di Laut Bering Rusia pada 1 Desember.

"Kami belum menerima pemberitahuan dari pihak mana pun, makanya mengkoordinasikannya agar jelas penanganan," kata Kadis Nakertrans Maluku, Ahdar Sopalatu, Jumat.

Ahdar sedang melakukan tugas dinas di Jakarta itu telah mengarahkan bidang pengawasannya agar mengecek pihak keluarga korban.

"Saya sedang mendampingi Gubernur Maluku, Said Assagaff, di Jakarta untuk urusan dinas, makanya bidang pengawasan telah diarahkan berkoordinasi lintas sektoral," ujarnya.

Dari 35 WNI yang menjadi korban kapal teridentifikasi empat di antaranya adalah warga Maluku.

Keempatnya adalah Gaspar Jantje Tomasila dan Jhondriy Andries (Kota Ambon), Albert Talapesi (Kabupetan Seram Bagian Barat), dan Cornelius Edison Lelapary (Kabupaten Maluku Barat Daya).

Sedangkan tim identifikasi korban bencana(DVI/Disaster Victim Identification) Interpol dan Kementerian Luar Negeri dijadwalkan berkunjung ke Ambon, Jumat, untuk meminta data sekunder dari keluarga korban.

Kapal ikan berbendera Korea Selatan, Oryong 501, tenggelam di Semenajung Chukotka, wilayah timur Rusia.

Awak kapal terdiri atas 35 WNI, 13 warga negara (WN) Filipina, 11 WN Korea Selatan, dan seorang inspektur asal Rusia.

Kapal Oryong 501 yang sudah berusia 40 tahun tersebut berbobot 1.753 ton, dan dioperasikan oleh perusahaan bernama Sajo Industries.

Dari hasil penelusuran BNP2TKI, para WNI yang menjadi kru Oryong 501 itu diberangkatkan oleh empat agensi.

Agensi itu adalah PT Kimco Citra Mandiri (empat orang), PT Koindo Maritim Power (16 orang), PT Mitra Samudra Sakti (delapan orang), dan PT Oryza Sativa Agency (tujuh orang).



Pewarta: Alex Sariwating
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014