Saya bilang pada Pak Jokowi bahwa pertanian memang penting, tapi tak bisa menyerap lapangan kerja yang besar...
Jakarta (ANTARA News) -  "Apa sebenarnya obsesi Anda?," tanya ANTARA News kepada pria berkumis tebal ini pekan lalu (27/11) di Roma, Italia.

Rusdi, yang tak lain Rusdi Kirana sang CEO Lion Air Group dan berada di Italia untuk menandatangani kontrak pembelian 40 pesawat turboprop ATR 72-600, hanya menjawab singkat, "UKM!" (usaha kecil dan menengah).

Ternyata, meski tiga kali mengguncang jagat karena membeli ratusan pesawat Airbus, Boeing dan ATR, pria kelahiran Cirebon 17 Agustus 1963 itu lebih tertarik membesarkan UKM yang menjadi awal kiprah bisnisnya.

Tak heran, ketika ANTARA News menanyainya soal perasaan telah tiga kali mengikat kontrak fantastis pembelian pesawat dengan disaksikan tiga pemimpin besar dunia, Rusdi tak merasakan keistimewaan.

"Perasaan saya biasa-biasa saja sih," jawab Rusdi.

Padahal tiga kali dia mengguncang dunia. Pertama, pada 2011, dia menggegerkan industri ini setelah membeli 230 Boeing 737 senilai 21,7 miliar dolar AS yang disaksikan langsung Presiden AS Barack Obama.

Kedua, pada 2013 di Paris, saat Rusdi membubuhkan tanda tangan dalam kontrak pembelian 234 Airbus A320 di bawah tatapan Presiden Prancis Francois Hollande.

Terakhir, pada 27 November 2014, dia menandatangani kontrak pembelian 40 turboprop ATR 72-600 di bawah sorot mata Perdana Menteri Italia Matteo Renzi.

Namun ternyata, bukan itu yang membuat Rusdi merasa hebat. "Saya baru merasa luar biasa jika bisa mensejahterakan pekerja dan masyarakat," kata Rusdi.

Tak salah

Rusdi tak salah mengobsesikan UKM karena sektor ini memang basis penting dalam menunjang perekonomian di mana saja, termasuk Amerika Serikat.

"UKM adalah tulang punggung perekonomian Amerika dan menciptakan dua dari setiap tiga lapangan kerja baru di Amerika," kata mantan menteri perumahan AS Shaun Donovan dalam laman Kementerian Perumahan AS.

Majalah Forbes, dalam edisi online 4 Oktober 2012, bahkan pernah mengupas data menarik mengenai kehebatan UKM.

"UKM adalah urat nadi perekonomian. Sektor ini menjadi kunci pemulihan ekonomi di seluruh dunia karena perannya dalam mendorong inovasi dan menciptakan lapangan kerja serta menciptakan industri baru," tulis Forbes.

Buktinya, 65 persen lapangan kerja baru di AS tercipta berkat UKM.  Di Eropa, 90 persen bisnis adalah UKM, sedangkan 22 persen PDB India disumbang dari UKM. Tak itu saja, kelas menengah dan kaum perempuan terangkat derajatnya oleh UKM, tulis Forbes.com.

Di Indonesia sendiri yang menjadi tempat berusaha sekitar 57 juta pengusaha UKM, sektor ini menjadi kekuatan ekonomi nasional.

"Saat terjadi krisis, yang tahan banting adalah UKM," kata mantan menteri perdagangan Gita Wirjawan beberapa waktu lalu.

Sayang, masih banyak UKM Indonesia yang tak mendapatkan asistensi layak dari sistem kebijakan. Sebaliknya, Rusdi menyadari kekuatan dan sekaligus ketakberdayaan UKM ini.

Mei 2014 lalu, begitu bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa, Rusdi yang mengaku tertarik pada UKM sejak setahun lalu, menggebrak dengan mendeklarasikan NU Lion yang memperhatikan penguatan UKM.

"Kita akan siapkan dana Rp1 triliun untuk UKM," kata Rusdi, waktu itu.

Dia merasa, pengusaha kecil harus dikuatkan. Mungkin ini didasari dari pengalaman bisnisnya yang memang dimulai dari bawah sebagai penjual mesin ketik, sampai kemudian menjadi seseorang yang menciptakan lapangan kerja massal.

Melalui NU Lion, dia berusaha memberikan pemodalan, pelatihan dan pemasaran, serta pengetahuan distribusi kepada UKM.

Bandara baru

Ide menguatkan UKM bahkan menginspirasi Rusdi untuk membangun bandara baru, tak jauh dari Jakarta, di Lebak, Banten.

Rusdi yang menyatakan akan segera fokus kepada pembangunan infrastruktur, tidak bisa memisahkan ide membangun bandara baru dengan upaya menguatkan UKM.

Ini dilatarbelakangi oleh pengalamannya bahwa para penumpang pesawat menuju Jakarta, kebanyakan adalah kalangan menengah berbisnis yang umumnya terbang ke Jakarta untuk bertransaksi di sentra-sentara bisnis seperti pasar Tanah Abang.

Oleh karena itu, dia ingin bandara baru di Lebak yang akan memiliki empat landas pacu dengan salah satunya bisa didarati jet raksasa Airbus A380 itu, bisa dipenuhi pula pusat grosir seperti Tanah Abang di Jakarta, selain disambungkan dengan jalur kereta api.

"Kita akan bangun pusat grosir UKM di dekat bandara sehingga penumpang tak perlu lagi keluar jauh dari bandara," kata Rusdi.

Dia menilai, kondisi dan jarak Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang ke pasar Tanah Abang membuat orang harus mengeluarkan uang sangat banyak.

"Kalau di bandara baru nanti ada pusat grosir, maka mereka bisa menghemat waktu dan biaya," tegas Rusdi.

Bandara baru yang akan dibangun di atas lahan 5.500 hektare ini sendiri akan bisa menampung 50 juta penumpang dan bisa terbang langsung ke Amerika dan Eropa melalui Abu Dhabi.

"Kami menargetkan bandara ini sudah beroperasi empat tahun dari sekarang (2018)," kata Rusdi. "Groundbreaking-nya segera dilakukan pada 2015."

Rusdi mengaku sudah menyampaikan gagasan ini kepada Presiden Jokowi dengan menekankan pembangunan bandara baru penting bagi keseluruhan perekonomian Indonesia dan untuk mendorong ekspansi UKM.

"Saya bilang pada Pak Jokowi bahwa pertanian memang penting, tapi tak bisa menyerap lapangan kerja yang besar, beda dengan infrastruktur," papar dia.

PT DI

Obsesi Rusdi tak berhenti di sini, karena dia juga ingin menghidupkan lagi industri pesawat terbang yang menjadi wilayah kepakaran PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

Dia ingin Indonesia menghasilkan sendiri pesawat terbang, tapi dia merasa PT DI kurang ahli dalam hal pemasaran pesawat.

Untuk itu, dia akan mendorong PT DI guna menimba pengalaman dari industri sejenis di luar negeri. Dalam soal ini, Rusdi menawarkan kepakaran mitra bisnisnya, yakni ATR dan Airbus.

Tak sekadar berwacana, Rusdi menyatakan akan mempertemukan pimpinan puncak Airbus Group dan ATR dengan Presiden Jokowi. "Saya akan atur waktunya, mungkin awal tahun depan," kata Rusdi.

Rusdi menilai, pengalaman dan kepakaran Airbus serta ATR dalam memproduksi dan memasarkan pesawat sangat penting dalam membantu membangkitkan industri pesawat domestik, apalagi ATR dan PT DI  sama-sama memproduksi pesawat berbaling-baling.

Kalangan kebijakan dan industri dirgantara Eropa sendiri membuka tangan lebar-lebar untuk kerjasama lebih luas dengan Indonesia. "Kami terbuka untuk berbagi pengalaman dengan negeri Anda, Indonesia," kata PM Italia Matteo Renzi.

Dalam hal menghidupkan lagi industri pesawat domestik, Rusdi juga menyebut peran industri lokal dan UKM, antara lain dalam upaya memastikan suplai bahan tambahan pesawat seperti perangkat kabin dan ban pesawat.

Khusus soal pembangunan bandara baru, Rusdi mengaku ide bandara muncul tanpa didahului studi kelayakan, melainkan intuisi bisnis.

Studi kelayakan memang penting, tapi intuisi yang ditarik dari kekayaan pengalaman dan perspektif luas yang dibarengi kuatnya ketetapan hati tak jarang menjadi awal perubahan, seperti Lee Kuan Yew yang mengubah Singapura menjadi semodern sekarang atau Howard Hughes yang memodernisasi Las Vegas di AS. 

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014