Srinagar, India (ANTARA News) - Serangan gerilyawan terhadap satu kamp tentara di Kashmir India menewaskan tiga tentara dan dua polisi, Jumat, kata seorang pejabat.

Peristiwa tersebut terjadi saat pemungutan suara bagi pemilu lokal.

Dua penyerang juga tewas dalam peristiwa yang disebut pejabat sebagai serangan bunuh diri di kamp militer di Uri, dekat Garis Pengawas (LoC) yang membagi dua wilayah Himalaya yang disengketakan itu.

Serangan itu terjadi menjelang kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke Kashmir, Senin, di mana ribuan personel militer tambahan telah dikerahkan selama pemilu lokal yang berlangsung sebulan.

"Tiga tentara, dua polisi dan dua gerilyawan tewas dalam baku tembak dekat unit artileri lapangan angkatan darat," kata seorang perwira polisi kepada AFP tanpa bersedia namanya disebutkan.

Seorang gerilyawan lainnya diperkirakan masih berada dalam unit tentara itu dan seorang personel polisi yang cedera telah dibawa dengan pesawat ke satu rumah sakit tentara di ibu kota Srinagar, katanya.

N.N Joshi, juru bicara militer di Srinagar mengatakan "operasi masih berlangsung", tanpa menjelaskan lebih jauh.

Uri terletak 100km barat laut Srinagar, tempat Modi akan melakukan kampanye, Senin.

Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin perdana menteri itu akan berusaha menguasai parlemen Jammu dan Kashmir, satu tindakan yang tidak mungkin terpikirkan sampai saat ini.

Partai nasionalis Hindu itu secara tradisional tidak punya tempat di Lembah Kashmir, di mana penduduk menentang kekuasaan India.

Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih pada tahap pertama pemilihan 25 November tercatat tinggi, ketika lebih dari 70 persen mereka yang memiliki hak suara memberikan suara di 13 daerah pemilihan.

Negara bagian Jammu dan Kashmir akan memberikan suara mereka dalam lima tahap, dengan hasil-hasilnya akan diumumkan pada 23 Desember.

Sekitar 12 kelompok gerilyawan memerangi pasukan India sejak tahun 1989 untuk memperjuangkan kemerdekaan wilayah itu atau bergabung dengan Pakistan. Perang itu menewaskan puluhan ribu orang, sebagian besar warga sipil.

Sebagian besar pemimpin pejuang pro-kemerdeakaan yang menentang kekuasaan India ditangkap atau dikenakan tahanan rumah setelah pemilu itu diumumkan. Banyak yang menyerukan kepada penduduk untuk memboikot pemilu tersebut

(Uu.H-RN)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014