... kedalaman perairan Minahasa Utara melebihi 200 meter...
Minahasa Utara, Sulawesi Utara (ANTARA News) - Remotely Operated Underwater Vehicle (ROV) atau wahana bawah air kendali jarak jauh Basarnas untuk mengevakuasi pesawat jatuh di perairan Minahasa Utara, merekam bila arus bawah laut sangat deras.

"Arus bawah laut dan arus permukaan laut berbeda arah sehingga bangkai pesawat kemungkinan terjadi pergeseran," ujar Deputi Operasi Badan SAR Nasional, Mayor Jenderal TNI Tatang Zainudin, di Minahasa Utara, Sabtu.

Dia mengakui proses evakuasi pesawat Elang Nusantara Air sejak pagi hingga sore masih terkendala, mengingat cuaca diseputaran lokasi jatuhnya pesawat tersebut tidak bersahabat.

Zainuddin mengatakan, para penyelam yang dipersiapkan untuk intensitas pencarian sekaligus evakuasi bangkai pesawat dan dua korban, terpaksa ditunda.

Adapun kedalaman perairan Minahasa Utara melebihi 200 meter sehingga sangat sulit dijangkau alat pendeteksi maupun tim penyelam.

Dari kedalaman laut itu, Zainuddin mensinyalir akan ada penambahan peralatan untuk mencapai dasar laut.

Berbagai sumber yang ditemui dilokasi Bakorkamla Kema Minahasa Utara, memprediksi badan pesawat yang jatuh masih utuh, karena serpihan berupa dua ban pesawat, ekor pesawat yang ditemukan pada Selasa (2/12) lalu hanya bagian luarnya saja. 

Adalpun dua korban masih terikat sabuk pengaman dan diduga telah menjadi jasad.

Sementara keluarga Ronny Jastril yang hingga hari kelima menyaksikan jalannya proses evakuasi masih berharap pihak Basarnas dan tim gabungan mampu menemukan dua korban pesawat jatuh.

"Kami iklas apapun keadaannya, tapi kami menaruh harapan terhadap Basarnas untuk menemukan saudara kami. Kalau itu sudah kehendak Tuhan dan tidak berharap sudah menjadi jasad, setidaknya kami bisa melakukan prosesi yang selayaknya," ujar Joviwaldi Jusman, kakak Jastril.

Pewarta: Melky Tumiwa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014