Jakarta (ANTARA News) - PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) menegaskan hanya akan mengoperasikan kapal perintis untuk melintasi tol laut.

"Kami melayani perintis saja, sedangkan untuk kapal komersil tidak, terutama untuk daerah Timur," kata Direktur Utama Pelni Sulistyo Wimbo Hardjito di sela rapat kerja di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa.

Wimbo mengatakan perusahaannya sekarang sedang melakukan survei untuk mengetahui kapal-kapal apa saja yang bisa beroperasi di tol laut.

Ia menambahkan survei tersebut akan selesai dalam waktu dua minggu, lalu dilanjutkan dengan uji kelayakan. Kapal perintis ditargetkan bisa beroperasi di tol laut dalam waktu enam bulan ke depan.

"Survei sudah dilakukan beberapa hari lalu, untuk saat ini masih rute Tobelo dan Tual, nanti enam bulan sudah selesai semuanya," katanya.

Dia belum menyebutkan jumlah dan jenis kapal yang beroperasi melintasi tol laut yang meliputi rute Kreo, Tobelo, Biak, Tual dan Tanjung Pinang.

"Kapal itu tergantung pelabuhannya, seperti Transjakarta kan enggak bisa berhenti di sembarang tempat. Kita lihat 'garasinya' dulu, baru memutuskan beli 'mobil' apa," katanya.

Ia juga tak menyebutkan subsidi dari pemerintah untuk pengadaan kapal perintis yang akan melintasi tol laut.

"Kita tunggu dari Kemenkeu dan arahan dari Pak Jonan (Menhub)," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa tidak ada masalah jika nantinya lintasan kapal perintis tersebut dilalui kapal-kapal komersial milik swasta.

"Ya terserah, kita sering kok bertemu dengan kapal komersil," katanya menanggapi pernyataan Ketua Umum Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia Carmelita Hartoto yang menyebut kapal Pelni tidak perlu melintasi jalur-jalur tol laut karena merupakan wilayah komersial.

Menurut Carmelita, rencana keikutsertaan Pelni sebagai perusahaan pelat merah dalam tol laut akan menyebabkan persaingan yang tidak sehat.

"Bukan memicu lagi, tapi sesuatu hal yang tidak diperlukan. Pelni kan sudah dapat subsidi dari pemerintah," katanya.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014