Surabaya (ANTARA News) - Ribuan madrasah di bawah naungan Lembaga Pendidikan Maarif NU se-Jawa Timur tetap memakai Kurikulum 2013 sesuai edaran Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Nomor DJ.I/PP.00/3172/2014 tertanggal 8 Desember 2014.

"Intinya, surat dari Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Prof Dr Phil H Kamarudin Amin MA itu menyatakan implementasi Kurikulum 2013 pada madrasah yang dimulai pada tahun pelajaran 2014/2015 tetap dilaksanakan sambil menunggu jawaban resmi Mendikbud kepada Menag," kata Wakil Ketua PW LP Maarif NU Jatim Drs H Abdullah Sani MPd kepada Antara di Surabaya, Selasa.

Menurut dia, sekitar 6.000 sekolah di lingkungan LP Maarif NU se-Jatim umumnya berada di bawah naungan Kemenag, karena itu ribuan sekolah di lingkungan LP Maarif NU se-Jatim tetap diminta menerapkan Kurikulum 2013 itu.

"Apalagi, kami sudah melatih 8.000-an guru madrasah LP Maarif NU se-Jatim terkait Kurikulum 2013 mulai dari rencana pembelajaran, teknis, sistem penilaian, hingga isian rapor, sehingga guru-guru LP Maarif NU se-Jatim justru sedang bersemangat menerapkan hasil pelatihan itu," katanya.

Selain itu, PW LP Maarif NU Jatim dalam rapat terkait Kurikulum 2013 pada Senin (8/12) juga sudah memutuskan untuk mengirim surat kepada Mendikbud Anies Baswedan agar memberi kesempatan kepada sekolah-sekolah yang sudah siap menerapkan Kurikulum 13, meski tidak masuk dalam 6.221 sekolah percontohan.

"Surat sudah kami kirimkan via email, tinggal tertulis. Kami berpendapat akan lebih bijak bila Mendikbud Anies Baswedan tidak membatasi penerapkan Kurikulum 2013 pada 6.221 sekolah percontohan, namun sekolah manapun yang sudah siap hendaknya diperbolehkan untuk menerapkan kurikulum itu," katanya.

Terkait buku Kurikulum 2013 untuk sekolah-sekolah yang sudah siap, ia mengatakan pemerintah bisa belajar dari pengalaman BOS dengan menambahkan BOS Buku untuk sekolah-sekolah yang mengajukan dirinya untuk menerapkan kurikulum baru itu.

"Atau, bisa saja sekolah diizinkan menggunakan BOS yang sudah ada saat ini dengan melaporkan penggunaannya kepada kementerian, namun akan lebih baik bila ada BOS khusus buku," katanya.

Secara terpisah, Kepala Sub Bidang Kurikulum Kemenag Jatim, Abdul Hakim mengaku banyak madrasah yang mengutarakan niatan untuk terus melaksanakan Kurikulum 2013 di sekolahnya.

"Walau masih satu semester K-13 berjalan di semua madrasah, namun banyak yang mengaku sudah nyaman menjalankannya, karena itu Kemenag Jatim meminta Kemdikbud untuk menjadikan madrasah sebagai pilot project K-13 ini," katanya.

Menurut dia, selama ini madrasah di lingkungan Kemenag tidak masuk dalam 6.221 sekolah percontohan, namun pihaknya siap mengajukan diri untuk menjadi sekolah percontohan, karena madrasah juga banyak yang bagus dan sudah "enjoy" dengan K-13.

"Jika nantinya Kemdikbud memberikan kuota untuk madrasah yang bisa melaksanakan K-13, maka kami akan segera memetakan madrasah mana yang akan ditunjuk," katanya.

Saat ini, pihaknya secara mandiri sudah menunjuk sembilan Madrasah Aliyah (MA), sembilan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan tujuh Madrasah Ibtidaiyah (MI) di seluruh Jawa Timur untuk menjadi madrasah pendamping bagi sekitarnya.

"Kami juga sudah membagi beberapa wilayah kerja (wilker) untuk piloting, sehingga nantinya madrasah yang ditunjuk akan membina madrasah lainnya untuk K-13 ini, baik dari sisi pengajaran dan sistem penilaian," katanya.

Di Jatim, jumlah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) sebanyak 146 lembaga, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) sebanyak 183 lembaga dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) sebanyak 90 lembaga. Untuk MI Swasta sebanyak 6.880 lembaga, MTs Swasta 3.168 lembaga dan MA Swasta 1.356 lembaga.

Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014