Jakarta (ANTARA News) - Indonesia fokus memperjuangkan adaptasi, mitigasi, transfer teknologi, pengembangan kapasitas, dan pendanaan untuk mengantisipasi perubahan iklim dengan perspektif kemaritiman dalam konferensi iklim yang berlangsung pada 1-12 Desember 2014 di Lima, Peru.

Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim sekaligus Ketua Delegasi Republik Indonesia Rachmat Witoelar dalam keterangan persnya mengatakan Indonesia ingin memasukkan fokus tersebut dalam fokus pembahasan untuk Kesepakatan Iklim 2015 di Paris.

Ia mengatakan pemerintahan yang baru memberikan perhatian khusus pada sektor kemaritiman karena sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat bergantung pada maritim yang sangat dipengaruhi oleh iklim, karenanya perlu menggunakan perspektif kemaritiman dalam menjalankan aksi adaptasi dan mitigasi untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim.

Koordinator Divisi Peningkatan Kapasitas Penelitian dan Pengembangan DNPI sekaligus juru runding Delegasi Indonesia Agus Supangat mengatakan perundingan ilmiah dan teknologi pertemuan para pihak ke-20 antara lain membahas upaya para pihak untuk secara aktif terlibat dalam penelaahan laporan status dan mendukung pengembangan rencana pelaksanaan baru, termasuk pada aspek yang berhubungan dengan pengamatan kondisi laut seperti pengasaman.

Indonesia di era maritim perlu membuat peta jalan dan rencana aksi terkait pengamatan laut dan pengasaman, kata Agus.

Selain itu perkembangan negosiasi di Conference of the Party (COP) 20 tidak terlepas dari isu pendanaan perubahan iklim dari negara maju ke negara berkembang yang merupakan sarana penting untuk implementasi kegiatan adaptasi dan mitigasi di negara berkembang.

Fokus negosiasi antara lain pada tiga dana multilateral perubahan iklim yaitu Green Climate Fund (GCF), Adaptation Fund dan Global Environment Facility.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014