Saya tidak peduli orang mau ngomong apa, yang penting kerja,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan dirinya tidak peduli adanya anggapan bahwa penenggelaman kapal nelayan asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia sebagai pencitraan.

"Saya tidak peduli orang mau ngomong apa, yang penting kerja," kata Menteri Susi saat menjadi pembicara pada dialog bertema Saya Perempuan Antikorupsi di Yogyakarta, Rabu.

Susi mengatakan dirinya tidak memerlukan pencitraan seperti anggapan sebagian masyarakat. Sebab, karier yang membanggakan, kata dia, sejatinya sudah ia peroleh jauh sebelum menjadi menteri.

"Saya perlu pencitraan buat apa?. Saya sudah dapat penghargaan dari APEC, bahkan dulu (sebelum menjadi menteri) justru saya bisa naik kapal terbang kemana saja sesuka saya," katanya disambut tawa peserta dialog.

Menurut Susi, penenggelaman kapal asing merupakan salah satu cara yang strategis untuk memberikan efek jera kepada para pencuri ikan. Sehingga, menurut dia, upaya ini akan terus dilanjutkan.

"Kemarin kan baru tiga kapal, nanti tanggal 15 (Desember) akan ada lagi (penenggelaman kapal pencuri ikan)," katanya tanpa bersedia menyebutkan jumlahnya.

Menurut dia, memang tidak seluruh kapal asing pencuri ikan akan ditenggelamkan. Sebagian kapal yang disita akan dimanfaatkan untuk keperluan nelayan Indonesia. "Tapi tidak akan dilelang," kata dia.

Ia mengatakan ekspansi kapal berbendera asing untuk mencuri ikan di perairan Indoneisa telah menimbulkan kerugian sumber daya laut dengan total mencapai Rp300 triliun.

"Satu kapal saja dapat mencuri 600 ton (ikan) per tahun. Kalau kapal asing ada 5.000 (unit), sudah berapa kerugiannya," katanya.

Selain itu, pencurian ikan oleh kapal-kapal asing yang selama ini tidak ditindak tegas, menurut dia telah mengakibatkan masyarakat Indonesia tidak dapat merasakan kekayaan laut sendiri.

"Akibatnya, kemampuan masyarakat makan ikan bukan ikan laut, tapi justru yang bisa kita makan hanya ikan asin atau ikan yang kecil-kecil," kata Susi.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014