Lumajang (ANTARA News) - Para petani tebu di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berniat menjual sendiri gula mereka yang kini menumpuk karena terbelit berbagai kebutuhan.

"Sekarang petani minta 90 persen gulanya yang ada di gudang Pabrik Gula (PG) Jatiroto untuk dijual sendiri dan ini bahaya karena nanti harga gula akan tambah anjlok," kata Sekretaris Himpunan Petani Tebu Rakyat (HPTR) Lumajang Budhi Susilo di Lumajang, Jumat.

Menurut dia, saat ini petani memang sangat membutuhkan biaya untuk berbagai keperluan hidup, termasuk kelanjutan pertanian mereka, seperti keperluan membeli pupuk, membayar pekerja yang mengolah lahan dan lainnya.

Saat ini, kata Budhi, gula milik petani yang menumpuk dan belum terjual di PG Jatiroto, Lumajang, sebanyak 12.500 ton lebih.

Jumlah itu belum termasuk gula milik PG Jatiroto dan milik petani di sejumlah daerah, seperti Jember, Bondowoso dan Kabupaten Situbondo. Petani bertahan belum menjual gula mereka karena penawaran yang sangat rendah.

"Penawaran dalam lelang terakhir di Surabaya hanya Rp7.543 per kilogram. Ini sangat rendah, kami rugi besar kalau harga segitu. Nanti kalau gula itu dijual sendiri-sendiri, pasti lebih rendah lagi," katanya.

Beberapa waktu sebelumnya juga diadakan lelang gula di Surabaya, namun penawaran tertinggi hanya Rp7.875. Karena itu petani tetap enggan melepas gula mereka dan berharap harga bisa mencapai Rp8.500.

"Tapi tambah lama penawarannya bukan tambah naik, malah tambah turun, yakni Rp7.543 itu. Sebetulnya petani sudah melunak dan tidak mengejar harga Rp8.500 itu, tapi Rp8.100 saja sudah mau dilepas," katanya.

Pewarta: Masuki M Astro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014