Paris (ANTARA News) - Nafsu dunia pada minyak akan menurun pada 2015 kendati harga minyak mentah saat ini anjlok, kata Badan Energi Internasional (IEA) seperti dikutip AFP.

IEA juga memperingatkan bahwa kejatuhan lebih jauh harga minyak meningkatkan risiko ketidakstabilan sosial di sejumlah negara produsen minyak.

Permintaan minyak pada 2015 diperkirakan hanya tumbuh sampai 0,9 juta barel per hari untuk mencapai 93,3 juta barel atau kurang 230.000 barel dari perkiraan sebelumnya.

Harga minyak mentah yang anjlok sampai lebih dari 40 persen sejak Juni lalu kini diperdagangkan sekitar 60 dolar AS setelah mengalami kelebihan pasokan menyusul meningkatnya produksi minyak ekstraksi dari AS.

Ironisnya harga minyak yang murah tidak mendorong konsumsi yang lebih besar.

Pangsa pasar yang hilang akibat sumber energi terbarukan tidak mungkin lagi menggantikan harga minyak yang lebih murah, kata IEA.

Di negara-negara kaya OECD, "pemulihan ekonomi suam-suam kuku, pertumbuhan upah yang lemah dan tekanan deflasi akan lebih jauh menumpulkan stimulus akibat harga lebih murah,"  tulis IEA.

Setiap dorongan yang mempermurah harga minyak mentah dari negara-negara pengimpor minyak hanya akan berdampak buruk pada produsen-produsen minyak.

Fokusnya adalah Rusia yang terpukul oleh hantaman ganda, berupa tergerusnya pendapatan dari minyak dan sanksi ekonomi dari Barat.

IEA memperkirakan ada penurunan besar pasokan minyak dari Rusia yang kini diperkirakan turun sampai 3,4 juta barel per hari atau 195 ribu barel di bawah perkiraan bulan lalu.

"Harga minyak yang rendah secara signifikan membengkokkan pendapatan ekspor di negara-negara pengekspor bersih minyak, memangkas pendapatan mereka dan sebaliknya membengkokkan permintaan."

"Secara khusus di negara-negara yang menghadapi krisis likuiditas seperti Venezuela dan Rusia, dampak ini mungkin merambat karena meluasnya risiko gagal bayar (default)," kata IEA.

"Akibat dari tekanan turunnya harga akan meningkatkan risiko ketidakstabilan sosial atau kesulitan keuangan jika produsen-produsen minyak menyulitkan mereka membayar utangnya," sambung dia seperti dikutip AFP.





Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014