Yen saja melemah 15 persen, mata uang Malaysia melemah 6 persen-7 persen. Jadi, hal yang wajar kalau rupiah melemah sekitar 2 persen,"
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menilai pelemahan nilai tukar rupiah dalam dua pekan terakhir relatif masih wajar dan sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia saat ini.

"Yen saja melemah 15 persen, mata uang Malaysia melemah 6 persen-7 persen. Jadi, hal yang wajar kalau rupiah melemah sekitar 2 persen," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat.

Mirza menuturkan, dolar AS kini memang menguat terhadap sebagian besar mata uang negara lain akibat membaiknya perekonomian negara adikuasa tersebut.

Namun, lanjut Mirza, untuk di kawasan regional Asia yang terkena dampak penguatan dolar AS tersebut, pelemahan nilai tukar Rupiah masih lebih baik dibandingkan nilai tukar mata uang negara lainnya.

"Hampir semua (mata uang) melemah terhadap dollar AS. Jadi, tidak ada sesuatu yang aneh. Kalau (mata uang) yang lain tidak melemah, kemudian rupiah melemah sendiri, itu baru aneh," kata Mirza.

Mirza menegaskan, kendati rupiah mengalami koreksi yang masih relatif wajar, namun bank sentral akan tetap memantau di pasar.

"BI selalu berada di pasar, supaya betul fluktuasi kursnya lebih terjaga. Tetapi, ini memang tren global, jadi tidak apa-apa," ujar Mirza.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) 12 Desember 2014, nilai tukar rupiah berada di level Rp12.432 rupiah per dolar AS.

Level rupiah tersebut melemah Rp310 basis dibandingkan level rupiah pada 24 November 2014 lalu yakni Rp12.122 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014