Berau, Kalimantan Timur (ANTARA News) - Aktivis lingkungan dari Yayasan Penyu Berau (YPB), Jaringan Nelayan (JALA) Tanjung Batu, dan The Nature Conservansy (TNC) menemukan seekor penyu sisik (Eretmochelys imbricata) mati diduga terkena bom ikan atau jala nelayan di pantai Pulau Maratua, Berau, Kalimantan Timur.

"Kalau dilihat dari sisiknya masih utuh, berarti bukan sengaja dibunuh untuk dijadikan gelang (bagian tempurungnya)," kata Ketua Yayasan Penyu Berau Vany Ahang Moord di Pulau Maratua, Berau, Kalimantan Timur, Minggu.

Jika dilihat dari kondisi bangkai, Vany yakin masih termasuk juvenil dan kemungkinan mati terkena bom ikan atau jaring nelayan.

"Ini kemungkinan sudah empat atau lima hari mati, terbawa arus sampai terdampar di pantai sini," ujar dia.

Ia mengatakan berdasarkan survei YPB, dalam 10 tahun terakhir populasi penyu sisik di Kepulauan Derawan memang menurun.

"Sulit untuk menyebutkan berapa jumlah pastinya sekarang untuk penyu sisik, tapi yang jelas sangat jarang ditemukan naik (ke pantai) untuk bertelur, paling banyak individu saja dalam beberapa bulan".

Menurut dia, selama melakukan survei, 75-85 persen penyu yang ditemui hanya Penyu Hijau (Chelonia mydas).

Selain mati karena terkena bom ikan dan jaring nelayan, penyu sisik banyak diburu warga untuk hanya diambil sisiknya dan dijadikan gelang, cincin, frame kacamata, kepala ikat pinggang, kalung, dan anting.

Pulau Maratua adalah salah satu habitat penyu di Kepulauan Derawan. Saat melakukan penyelaman dengan TNC, lebih dari 20 penyu hijau berenang di kedalaman lima hingga 13 meter.





Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014