Kita akan terus berupaya menghilangkan kesan nelayan kita tidak memiliki kemampuan
Kotabaru, Kalsel (ANTARA News) - Kementerian Kelautan dan Perikanan memastikan nelayan Indonesia siap bersaing di pasar internasional, karena banyak di antara mereka yang telah mengikuti pelatihan berstandar dunia, serta memiliki sertifikat yang diakui Organisasi Maritim Internasional (IMO).

"Kalau ada yang mengatakan nelayan, anak buah kapal atau ABK Indonesia kualitasnya rendah, itu adalah tidak benar. Nelayan nasional saya pastikan banyak yang sudah bersertifikat diakui IMO dan cakap keahliannya," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BPSDM KKP) Suseno Sukoyono kepada pers di Kotabaru, Kalimantan Selatan, Minggu.

Hal tersebut dikatakannya setelah menutup Pelatihan Keliling Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan (Ankapin) III yang diikuti 30 nelayan Kotabaru.

Ia mengatakan pelatihan yang diberikan kepada nelayan itu dinilai sangat penting mengingat Indonesia tahun depan akan menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA), juga persaingan dunia internasional.

Menurut Suseno, selama ini banyak pihak, internasional maupun lokal, yang menganggap nelayan Indonesia tidak berkualitas karena tidak dibekali keahlian berstandar internasional, khususnya yang mengacu pada IMO.

"KKP setidaknya sudah melatih 15.500 nelayan untuk mendapat sertifikat internasional dan jumlah itu akan terus bertambah mengingat kebutuhan nelayan bertambah," kata Suseno.

Program kerja BPSDM KKP, kata dia, salah satunya adalah berupaya meningkatkan kualitas nelayan agar memiliki keterampilan memadai yang diakui internasional.

"Kita akan terus berupaya menghilangkan kesan nelayan kita tidak memiliki kemampuan. Caranya dengan terus memberikan pelatihan," katanya.

Namun, ujar Suseno, KKP tidak mungkin mampu menyelenggarakan pelatihan berstandar intermasional untuk seluruh nelayan di Indonesia yang jumlahnya mencapai lebih dua juta orang, dibutuhkan partisipasi pendanaan dari pemerintah daerah dan swasta.

Pelatihan

Sementara itu, Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, Jawa Timur, Endang Suhaedy mengatakan, pelatihan yang diberikan kepada nelayan antara lain bagaimana menangani ikan pascapenangkapan, hingga menjaga ikan agar tetap higienis.

"Nelayan tradisonal sebelumnya tidak terlalu memperdulikan kebersihan ikan usai ditangkap, sehingga saat di ekspor nilainya jatuh bahkan tak laku," katanya.

Pelatihan lain yang diberikan antara lain mencakup membaca dan memahami rambu-rambu di tengah laut, keselamatan diri saat terjadi kecelakaan, hingga memperbaiki jala rusak saat menangkap ikan.

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014