Jakarta (ANTARA News) - Aksi penyanderaan yang tengah berlangsung di pusat bisnis Sydney, Senin, telah membuat pengguna Uber terpaksa membayar layanan pesan taksi daring (online) ini 400% lebih mahal dari kondisi normal.

Dikutip dari laman resmi Uber di Twitter, "Kami sangat prihatin atas kejadian di CBD. Tarif naik untuk memancing lebih banyak pengendara untuk masuk secara daring dan menjemput penumpang di kawasan tersebut."

Aksi penyanderaan yang terjadi di pusat bisnis Sydney, Martin Place, membuat polisi menutup banyak akses transportasi umum. Hal ini membuat orang kesulitan mendapatkan kendaraan, dan Uber adalah salah satu solusi, seperti dikutip dari Mashable.

Dalam penentuan tarif, Uber menggunakan prinsip dasar ekonomi. Semakin banyak permintaan, semakin mahal tarif yang diberlakukan.

Salah satu perbandingan adalah tarif Sydney--bandara yang normalnya 100 dolar, kini mencapai 145--185 dolar.

Tarif minimal Uber di Sydney telah ditetapkan sebesar 100 dolar untuk setiap penjemputan.

Uber mulai beroperasi di Australia pada Oktober 2012.

Menanggapi kebijakan Uber di tengah masa kritis seperti ini, netizen berkomentar keras.

Salah satunya adalah Amanda Page di akun @amandapage yang berkicau "Sangat tidak terkesan dengan logika dan aksi Anda di sini. Sangat tidak mencerminkan semangat Australia karena menipu pada saat paling dibutuhkan." (Baca di sini pernyataan resmi PM Tony Abbott)

Ada juga Tyson Amstrong yang menulis "Sebuah aib yang sangat memalukan" di akunnya @tysonamstrong.

Pewarta: Ella Syafputri
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014