Seoul (ANTARA News) - Seorang politikus senior Korea Selatan akan mengunjungi Korea Utara untuk peringatan tiga tahun kematian mendiang pemimpin besar Korut Kim Jong-Il, kata pemerintah Korsel dengan menekankan bahwa kunjungan tersebut bertujuan memberikan belasungkawa dan tidak bersifat politis.

Park Ji-Won, seorang anggota kelompok oposisi Aliansi Politik Baru untuk Demokrasi, akan memimpin delegasi yang terdiri dari tujuh anggota ke kota Kaesong pada Selasa (16/12) untuk memberikan karangan bunga, kata Kementerian Unifikasi Korsel, Senin, seperti dilaporkan AFP.

Kim Jong-Il, ayah dari pemimpin Korea Utara saat ini Kim Jong-Un, meninggal pada 17 Desember 2011 setelah mengalami serangan jantung.

Menurut juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel Lim Byeong-Cheol, Park direncanakan bertemu dengan Won Dong-Yon, yakni wakil kepala Komite Perdamaian Asia-Pasifik, salah satu badan di Korea Utara yang menangani urusan lintas perbatasan.

Namun, Lim memperingatkan bahwa kunjungan Park Ji-Won ke Korut tidak perlu "ditafsirkan secara berlebihan". Lim juga membantah kunjungan itu bisa membantu meredakan ketegangan antara kedua negara dan kembali menekankan bahwa kunjungan itu semata-mata untuk menyampaikan belasungkawa.

Park, 72 tahun, adalah seorang asisten yang dekat dengan mendiang Presiden Korsel Kim Dae-Jung, yang menekankan upaya rekonsiliasi Korea Selatan dengan Korea Utara selama masa pemerintahannya pada 1998-2003.

Pada Agustus lalu, Korea Utara menyampaikan belasungkawa kepada janda Kim Dae-Jung pada hari peringatan kematian mantan presiden Korsel itu.

Namun, hubungan antar kedua Korea tetap dingin selama berbulan-bulan dengan pihak Korut mengecam selebaran anti-Pyongyang yang dikirim melintasi perbatasan oleh para aktivis Korsel. Pembicaraan tingkat tinggi antara kedua Korea, yang sebelumnya direncanakan pada akhir Oktober, pun gagal dilaksanakan.

Pemerintah Korut juga menghardik dukungan Korsel terhadap resolusi baru PBB yang merekomendasikan untuk membawa para pemimpin tinggi Korut ke Pengadilan Kriminal Internasional dengan tuduhan atas kemungkinan tindak pelanggaran kemanusiaan.

Korut bulan lalu memperingatkan bahwa akan ada "konsekuensi bencana" bagi para pendukung resolusi PBB, termasuk Korea Selatan, dan pihak Korut juga menuduh Korsel telah mendorong situasi di semenanjung Korea ke "ambang perang".

(Uu.Y012)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014