Jakarta (ANTARA News) - Perum Bulog menyiapkan beras sebanyak 230 ribu ton untuk melakukan operasi pasar khusus (OPK) selama Desember 2014.

Pelaksana tugas (Plt) Dirut Perum Bulog Budi Purwanto di Jakarta, Senin, mengatakan, operasi pasar khusus tersebut ditujukan bagi 15,5 juta rumah tangga sasaran (RTS) di seluruh Indonesia atas permintaan pemerintah daerah (Pemda).

"OPK ini untuk meredam harga beras yang naik, kalau dengan (menggelontorkan) 230 ribu ton harga bisa turun ya nantinya dihentikan," katanya saat mendampingi Menteri Perdagangan Rahmat Gobel meninjau gudang beras di Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten.

Volume beras yang disalurkan untuk OPK tersebut, lanjutnya, sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan Bulog setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat Indonesia yang berkisar 230 ribu ton.

Menurut dia, beras yang digunakan untuk OPK tersebut dari jenis medium yang mana setiap RTS mendapatkan 15 kg.

Menyinggung harga tebus beras OPK tersebut, Budi Purwanto menyatakan, saat ini masih dibicarakan dengan pemerintah, namun diperkirakan dalam waktu dua hari ke depan bisa diketahui secara pasti.

Mengenai ketersediaan beras yang ada di gudang Bulog, menurut dia, hingga saat ini mencapai 1,7 juta ton yang diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga tujuh bulan ke depan.

Sementara itu Mendag Rahmat Gobel menyatakan, kunjungannya ke gudang Bulog Divre DKI Jakarta-Banten untuk mengetahui secara riil ketersediaan beras di kedua wilayah tersebut yang merupakan daerah konsumsi yang sangat besar.

Menanggapi ketersediaan beras tersebut, Menteri menyatakan, dalam keadaan cukup sehingga pemerintah belum berkeinginan untuk melakukan impor bahan pangan itu.

"Impor hanya akan dilakukan bila ada permintaan dari Kementerian Pertanian. Kita (jika mengimpor beras) selalu berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Pertanian. Namun demikian kami selalu berkoordinasi untuk kedaulatan pangan," katanya.

Menyinggung kenaikkan harga beras saat ini, Rahmat Gobel menyatakan, besarannya masih dalam batas wajar karena hanya sekitar 0,75 persen.

Menurut dia, terjadinya kenaikan harga pada periode Desember-Januari biasanya terjadi karena turunnya pasokan ke pasar sebagai dampak mulai berkurangnya panen di sentra-sentra produksi.

Pewarta: Subagyo
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014