Pak Presiden sudah meminta untuk diantisipasi..."
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Tedjo Edhy Purdijatno, mengatakan, aparat intelijen telah mendeteksi perekrutan dan perkembangan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Poso, Sulawesi Tengah.

"Poso ini kan sudah banyak WNI maupun asing yang masuk di sana. Pak Presiden sudah meminta untuk diantisipasi agar tidak menggangu pembangunan di sana," kata Tedjo usai menjadi pembicara kunci pada sebuah seminar di Jakarta, Selasa.

Laporan dari intelijen ini juga sudah direspons Presiden Jokowi yang langsung meminta seluruh pihak terkait untuk mengambil langkah-langkah agar tidak terus berkembang dan mengganggu keamanan.

Kepastian berkembangnya ISIS di Poso didasarkan pada laporan intelijen. Kemenko Polhukam akan langsung berkoordinasi dengan Imigrasi guna mengawasi pergerakan dari dan ke luar Indonesia.

Tedjo memastikan ratusan warga negara Indonesia yang sudah masuk menjadi anggota ISIS. Pemerintah akan mendalami kasus itu agar mereka tidak seenaknya keluar masuk Indonesia.

Dia juga mengungkapkan 110 warga negara asing teridentifikasi anggota ISIS sudah berada di Poso.

"Ini sangat digelisahkan. Gubernur Sulteng dan Bupati setempat sudah meminta bantuan untuk menyelesaikan ISIS di sana," jelas mantan Kepala Staf TNI AL itu.

Pada 13 September 2014, Densus 88 menangkap tujuh orang yang diduga terkait ISIS  di Poso, Sulawesi Tengah. Empat orang diantaranya warga negara Turki.

Jejak ISIS di Poso bermula saat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah pada Agustus 2014 mencium pergerakan kelompok teroris pimpinan Santoso Abu Wardah. Mereka mengidentifikasi kelompok Santoso ini melakukan pergerakan mirip ISIS.

Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Ari Dono Sumanto bahkan menduga kelompok Santoso bersama simpatisannya sudah masuk ISIS. Ini terlihat dari temuan ada sekelompok orang yang mengibarkan bendera ISIS.





Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014