Abuja (ANTARA News) - Pengadilan militer Nigeria, Rabu, menjatuhkan hukuman mati kepada 54 tentara karena pembangkangan, setelah mereka menolak ikut dalam operasi melawan Boko Haram di wilayah timurlaut, kata kuasa hukum mereka.

"Mereka menjatuhkan hukuman mati kepada 54 tentara dan membebaskan lima lainnya," kata pengacara kondang untuk kasus hak asasi manusia Femi Falana, menyusul pengadilan militer yang digelar secara tertutup sejak 15 Oktober, demikian laporan AFP.

Wartawan diusir keluar dari ruang sidang sebelum pembacaan vonis dilakukan, sementara pejabat militer tidak mau memberikan komentarnya mengenai masalah tersebut.

Dalam kasus serupa pada September, 12 tentara dihukum mati karena pembangkangan, setelah menembak ke arah komandan mereka di kota Maiduguri, di mana tentara tengah berperang melawan Boko Haram.

Kedua vonis tersebut memerlukan persetujuan perwira tinggi, namun sejauh ini tidak ada indikasi bahwa para perwira senior akan menentang keputusan tersebut.

Kekurangan senjata

Tentara yang berada di garis depan mengeluhkan masalah kekurangan senjata serta kebutuhan lain yang diperlukan untuk menghadapi Boko Haram di basis-basis kuat mereka.

Kelompok militan yang selama lima tahun mengobarkan pemberontakan untuk membentuk pemerintahan Islam di utara Nigeria, dikabarkan memiliki tank, roket peluncur granat, serta persenjataan lain, sementara tentara mengalami kekurangan amunisi untuk senapan serbu utama.

Setelah Boko Haram menguasai sejumlah kota di kawasan timurlaut awal tahun ini, pihak militer bertekad untuk merebut kembali kawasan-kawasan tersebut.

Divisi 7 yang bermarkas di Maiduguri ditugasi untuk memimpin penyerbuan namun ada sejumlah laporan mengenai tentara yang menolak dikerahkan.

Para istri tentara itu menggelar protes di luar markas militer, mencoba mencegah para suami mereka menuju kawasan konflik tanpa persenjataan layak.

Tentara juga menggelar unjuk rasa serupa, termasuk satu kelompok yang mendirikan tenda protes di pinggiran Maiduguri.

Para tentara yang dijatuhi hukuman mati pada Rabu merupakan bagian dari divisi khusus yang diperintahkan pada Agustus untuk merebut kembali tiga kota di kawasan terpencil Borno, dengan ibu kota Maiduguri.

Para pejabat pertahanan bersikeras bahwa tentara sudah memiliki persenjataan lengkap, namun Presiden Goodluck Jonathan awal tahun ini mengajukan permohonan kepada legislator untuk mengizinkan pengajuan pinjaman asing sebesar 1 miliar dolar AS untuk meningkatkan kapasitas militer.

Permintaan itu dilihat sebagai pengakuan Jonathan secara implisit bahwa tentara Nigeria tidak sebanding dengan lawannya.

Boko Haram yang dipersalahkan atas 13 ribu kematian sejak 2009, diyakini akan mengendalikan lebih dari dua lusin kota dan desa-desa di kawasan timurlaut.

Sementara militer mengklaim sejumlah kemenangan dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah besar kawasan masih tetap berada dalam kekuasaan kelompok pemberontak.

(Uu.S022)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014