Sentimen mata uang emerging market, termasuk rupiah kembali berbalik positif sehingga mengalami penguatan terhadap dolar AS
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat sebesar 109 poin menjadi Rp12.558 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.667 per dolar AS.

"Sentimen mata uang emerging market, termasuk rupiah kembali berbalik positif sehingga mengalami penguatan terhadap dolar AS," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, faktor utama dari penguatan mata uang rupiah datang dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), dikabarkan bank sentral AS (Federal Reserve) tidak akan terburu-buru untuk menaikan suku bunganya (Fed rate).

"Tadi malam, the Fed belum memberikan sinyal kenaikan suku bunga dalam waktu cepat," ucapnya.

Ia menambahkan bahwa sebagian investor mulai mengabaikan sentimen "Fed rate" sehingga potensi investor untuk kembali masuk ke dalam negeri akan kembali terbuka.

"Sebelumnya, investor asing sempat melepas portofolionya di emerging market akibat cukup kuatnya ekspektasi kenaikan suku bunga, namun saat ini potensi kembali cukup terbuka," katanya.

Di sisi lain, lanjut Rully Nova, sentimen dari dalam negeri juga cukup positif seiring dengan munculnya harapan terhadap pembangunan infrastruktur di dalam negeri. Pembangunan infrastruktiur itu akan menopang perekonomian Indonesia ke depannya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.565 dibandingkan hari sebelumnya, Rabu (17/12) di posisi Rp12.720 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014