Rusia (ANTARA News) - Nilai tukar mata uang Rusia, ruble, hancur terhadap dolar sejak pekan lalu, dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertekad bisa mengembalikan keadaan dalam tempo dua tahun.

Dalam sebuah jumpa pers maraton yang berlangsung selama tiga jam, Kamis, Putin menjelaskan bahwa krisis "telah disebabkan oleh faktor eksternal".

"Bank sentral dan pemerintah bertindak dengan layak dan benar," kata Putin membela pemerintahannya dan Bank Sentral, meski di sisi lain ia mengakui bahwa "beberapa keputusan seharusnya sudah diambil lebih cepat".

Ia berkeras bahwa 25--30 persen dari persoalan yang sedang menimpa Rusia disebabkan oleh sanksi-sanksi negeri Barat.

Secara gamblang ia menggunakan metafora bahwa Barat ingin "membelenggu sang Beruang", memotong cakarnya, dan menggergaji giginya, kecuali si Beruang bersedia duduk manis memakan beri di dalam hutan.

Pada "Kamis Hitam" pekan lalu, nilai tukar ruble jatuh ke 1 dolar 80 ruble. Kebijakan moneter berhasil mengurangi kejatuhan nilai tukar 25 persen dari "Kamis Hitam", tapi tetap saja nilai ruble terpangkas 50 persen sepanjang tahun 2014, demikian Time.com.
(E012)



Penerjemah: Okta Antikasari
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014