Jakarta (ANTARA News) - Kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2013/2014 sudah berakhir dan klub Persib Bandung dinobatkan sebagai juara setelah pada pertandingan final di Stadion Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, mengalahkan Persipura Jayapura.

Pada pertandingan yang sarat dengan gengsi ini, klub yang berjuluk Maung Bandung itu mampu menang dalam drama adu penalti 5-3 setelah dalam waktu normal hanya bermain imbang 2-2. Kemenangan ini cukup bersejarah karena harus menunggu selama 19 tahun.

Berakhirnya ISL 2013/2014 juga membuat empat klub yang berada di papan bawah harus turun kasta ke Divisi Utama dari Grup 1 yaitu Persita Tangerang, Persijap Jepara, sedangkan dari Grup II yaitu Persepam Madura United dan Persiba Bantul.

Turunnya empat klub ke kasta yang lebih rendah ternyata tidak diimbangi dengan yang promosi. Berhubung formatnya kembali dibuat satu wilayah dan jumlahnya 20 klub yang naik kasta hanya dua klub yaitu Pusamania Borneo FC dan Persiwa Wamena.

Kembali ke format satu wilayah jelas membuat klub-klub yang turun di kasta tertinggi kompetisi di Tanah Air harus ekstra keras dalam memikirnya periuknya. Bisa dipastikan biaya yang akan dikeluarkan terutama untuk transportasi akan membengkak dibandingkan dengan format dua wilayah.

Untuk itu, peran PT Liga Indonesia selaku operator sangat penting untuk masalah ini. Setiap menjelang kompetisi bergulir, CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono mengeluarkan penyataan jika klub yang turun di ISL harus memenuhi lima aspek sesuai dengan ketentuan FIFA dan AFC.

Lima aspek yang harus dipenuhi oleh peserta ISL musim depan adalah infrastruktur dalam hal ini stadion yang akan dijadikan markas, keuangan yang di dalamnya termasuk bebas dari tunggakan gaji pemain musim sebelumnya, pembinaan, legalitas serta administrasi.

"Proses verifikasi akan kami lakukan mulai pertengahan Desember 2014 hingga 24 Januari nanti terutama soal infrastruktur dan keuangan," kata CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono.

Pria yang juga menjadi Sekjen PSSI ini menegaskan jika klub yang tidak memenuhi ketentuan yang ada terutama yang menyangkut keuangan dipastikan tidak bisa turun pada kompetisi tertinggi di Tanah Air musim depan.

Sedikitnya ada tujuh klub ISL musim depan ditengarai belum menyelesaikan tunggakan gaji antara satu hingga empat bulan. Seperti yang dilansir oleh Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), klub tersebut adalah Arema, Persija, Persiba, Mitra Kukar, PBR, Persebaya dan PSM Makassar.

Kondisi ini jelas sangat memprihatinkan karena mayoritas klub yang menunggak pembayaran gaji pemain musim lalu adalah tim-tim yang telah mempunyai nama besar dan penghuni klasemen papan atas kompetisi tertinggi di Tanah Air ini.

Sebagai contoh Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta. Kedua klub ini mempunyai tunggakan yang cukup besar. Tim Bajul Ijo menunggak gaji pemain kurang lebih Rp3,9 miliar sedangkan Macan Kemayoran hampir Rp3 miliar.

Arema Indonesia yang selama ini dikenal dengan klub yang bersih sediki ternoda setelah diduga belum membayar gaji pemain selama satu bulan. Kondisi ini langsung dibantah oleh Media Officer tim yang berjuluk Singo Edan, Sudarmaji. Menurut dia, semuanya sudah diselesaikan.

"Itu data kapan? Periode gajian kami adalah tanggal 28 untuk setiap bulannya dengan masa toleransi tujuh hari ke depan," kata Sudarmaji dengan tegas saat mengomentari rilis APPI dengan data per akhir November itu.

Upaya untuk meminimalis sanksi terus diupayakan beberapa klub yang di antaranya adalah Persija Jakarta. Manajemen Macan Kemoyaran itu mulai mencicil tunggakan gaji pemain lalu. Pembayaran dilakukan pada pemain lama yang saat ini kembali dikontrak.

"Memang benar, Untuk pemain yang tidak memperkuat Persija lagi akan dibicarakan selanjutnya," kata Presiden Klub Persija Jakarta, Ferry Paulus.

Untuk menghadapi ISL musim depan, klub kebanggaan ibukota itu terbilang cukup royal. Terbukti, meski masih terlilit masalah keuangan mampu mengontrak dua pemain asing dengan kontrak hampir menembus Rp9 miliar per tahun.

Selain itu, kembali membawa pulang sang ikon yaitu Bambang Pamungkas serta pemain naturalisasi yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya yaitu Greg Nwokolo. Biaya yang dikeluarnya dipastikan juga besar.

"Bambang Pamungkas kami kontrak selama tiga musim ke depan. Ada opsi akan menjadi asisten pelatih," kata mantan anggota Komite Eksekutif PSSI era Nurdin Halid itu.

Belanja royal yang dilakukan manajemen Persija pantas diwaspadai. Apalagi saat ini juga mendapatkan perhatian dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang ingin mengambil alih saham kepemilikan karena selama ini dianggap selalu bermasalah terkait keuangan klub.

Kondisi berbalik dialami Persik Kediri. Juara Liga Indonesia dua kali justru terseok-seok untuk mempersiapkan tim akibat terkendala masalah keuangan. Saat ini tim yang berjuluk Macan Putih itu masih berusaha untuk mendapatkan dukungan.

Untuk mengatasi masalah keuangan sebenarnya ada titik terang terkait pembagian revenue sharing. Hanya saja, dana dari PT Liga Indonesia itu mampu menutup kebutuhan tim yang setiap tahunnya terus membengkak.

Selain masalah keuangan, beberapa klub yang dipastikan turun di ISL juga terkendala masalah home base atau markas yang akan dijadikan kandang. Seperti PSM Makassar yang musim lalu mengandalkan Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya. Tahun ini keberadaannya juga masih dipertanyakan.

Jika dilihat sejarah, PSM Makassar selalu menggunakan Stadion Andi Mattalatta. Namun, karena tidak sesuai dengan regulasi PT Liga Indonesia, klub yang berjuluk "Juku Eja" itu harus menjadi pengembara selama satu musim lalu. Kemungkinan ini akan kembali terjadi di musim depan.

Kondisi yang sama dialami semifinalis ISL 2013/2014 yaitu Pelita Bandung Raya. Rencananya, tim akan menggunakan Stadion Siliwangi, namun harus membutuhkan banyak renovasi padahal "kick off" ISL musim depan adalah 1 Februari 2015. Kemungkinan akan menggunakan stadion lainnya di kawasan Bandung.

Persiram Raja Ampat yang musim lalu menggunakan Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogjakarta juga masih belum mendapatkan kepastian terkait dengan perkembangan renovasi Stadion Wombik, Sorong, Papua. Apalagi setelah renovasi tetap membutuhkan verifikasi.

Begitu juga dengan Bali United Pusam. Klub reinkarnasi dari Putra Samarinda itu juga bermasalah dengan stadion setelah terusir dari Samarinda, Kalimantan Timur. Klub yang saat ini dilatih Indra Sjafri ini juga menjadi perantau setelah akan menggunakan Stadion Dipta, Gianyar, Bali.

Pindah stadion dari Palaran menuju Bali ternyata belum menjadi solusi. Meski PT Liga Indonesia tidak mempermasalahkan soal pindah stadion tetapi kelayakan stadion baru yang akan digunakan belum lolos verifikasi. Untuk itu disarankan untuk mengajukan stadion pendamping.

Banyaknya permasalahan yang terjadi pada peserta ISL musim depan patut dicermati oleh PT Liga Indonesia selaku operator. Bisa saja 20 klub yang ada tidak semuanya lolos verifikasi sehingga posisinya terancam. Sanksi terberat adalah dicoret dari keikutsertaannya di ISL.

Jika hal tersebut terbukti, sikap tegas dari lembaga yang dipimpin oleh Joko Driyono sangat ditunggu. Sudah saatnya melakukan gebrakan sehingga mampu mengangkat kelas kompetisi di Indonesia.

Untuk itu, tinggal menunggu konsistensi dari PT Liga Indonesia dalam menegakkan aturan. Kita tunggu!

Oleh Bayu Kuncahyo
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014