Jakarta (ANTARA News) - Muhammadiyah, sebagai salah satu Ormas Islam terbesar Indonesia diharapkan mampu melahirkan calon pemimpin masa depan sehingga dapat mengisi pos-pos strategis dalam pemerintahan, kata tokoh muda Muhammadiyah Muchlas Rowie.

"Pada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (JK) belum ada beberapa kader Muhammadiyah secara struktural yang masuk dalam pemerintahan," kata Muchlas Rowie saat mengisi Latihan Kepemimpinan Nasional yang diselenggaran oleh DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Jakarta, kemarin.

Dalam siaran pernya, Minggu, praktisi bisnis yang akrab disapa Rowie itu, mengatakan, apabila melihat pada konteks kekininian Muhammadiyah dalam bidang politik belum mempunyai peran yang besar. Terbukti, sangat minimnya kader Muhammadiyah menduduki pos-pos strategi di dalam pemerintahan.

Rowie mengatakan, rekam jejak perjalanan Muhammadiyah dalam mengawal Indonesia, organisasi yang dibentuk oleh KH Ahmad Dahlan pada 1912 itu mempunyai peran yang sangat diperhitungkan, baik dalam bidang pendidikan, sosial, kesehatan dan bahkan politik.

Hal tersebut terbukti Muhammadiyah Mampu mendirikan sejumlah amal usaha Muhammadiyah seperti pantai sosial, Sekolah dari tingkat TK hingga perguruan tinggi dan rumah sakit. Muhammadiyah juga mampu melahirkan tokoh-tokoh bangsa.

Tapi, kata Rowie, jajaran Ormas itu sampai sekarang masih terkungkung dengan doktrin budaya menunggu. "Yaitu kita tidak boleh meminta-minta jabatan. Tapi, apabila diberi jabatan kita tidak boleh menolak," katanya.

Padahal, dalam konteks politik saat ini kekusaan itu harus direbut dan diperjuangkan. "Dengan Muhammadiyah masuk dalam lingkaran kekuasaan kita bisa dengan mudah berdakwah," ujarnya.

Selain itu, agar kader Muhammadiyah bisa berdiaspora, maka seharusnya kita harus memasarkan dan mendorong kader-kader terbaik kita untuk menjadi pemimpin bangsa, sehingga ketika bangsa ini memanggil, Muhammadiyah sudah mempersiapkannya.

Oleh karena itu, Rowie mengajak, jajaran Muhammadiyah sudah harus mulai berubah dengan memberikan kepercayaan kepada kader-kader muda, dan mondorong mereka untuk menjadi pemimpin bangsa.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014