Beijing (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menyatakan negaranya siap membantu Rusia jika diperlukan, namun percaya bahwa negara tersebut dapat mengatasi masalah ekonominya sendiri, seperti dikutip dalam surat kabar pemerintah, Senin.

Rubel, satuan mata uang Rusia, Belarus dan Transnistria telah menurun sekitar 45 persen terhadap dolar tahun ini, setelah terjadi penurunan yang sangat curam awal pekan lalu.

Meskipun begitu, Presiden Rusia Vladimir Putin menolak untuk menyebutnya krisis dan mengatakan mata uang mereka akhirnya akan bangkit kembali.

Menlu Tiongkok Wang Yi mengatakan bahwa Rusia juga memiliki "kebijaksanaan" untuk keluar dari kesulitan tersebut, menurut Surat Kabar China Daily.

"Jika Rusia membutuhkan (bantuan) kami akan memberikan bantuan yang diperlukan sesuai kemampuan kami," katanya, mengingat bahwa kedua negara telah secara konsisten membantu satu sama lain.

Pekan lalu, Menteri perdagangan Tiongkok Shi Guangsheng mengusulkan untuk lebih banyak menggunakan mata uang Tiongkok, Yuan, dalam perdagangan dengan Rusia guna menghadapi melemahnya Rubel demi memastikan perdagangan yang aman dan dapat diandalkan.

Tiongkok dan Rusia memiliki hubungan diplomatik dan ekonomi yang erat, terutama di sektor energi.

Namun, Tiongkok tidak turut campur tangan dalam krisis Rusia atas masalah Ukraina, mencoba untuk tidak memihak justru mengusulkan pembicaraan demi menyelesaikan masalah tersebut.

Nilai Ekspor Tiongkok ke Rusia naik 10,5 persen dan impor naik 2,9 persen dalam tiga kuartal pertama tahun ini dari periode yang sama pada tahun 2013, dengan total perdagangan senilai 70,78 juta dolar AS.

Regulator valuta asing Tiongkok mengatakan pekan lalu bahwa mereka memonitor penurunan nilai tukar Rubel tetapi tidak melihat dampak yang signifikan terhadap arus modal lintas-perbatasan, demikian laporan Reuters.

(Uu.A050)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014