Jakarta (ANTARA News) - Film "Mars" yang diangkat dari  novel  Aishworo Ang mulai diproduksi pada Hari Ibu 22 Desember 2014.

Naskah film ditulis oleh John De-Rantau yang mengaku tergerak mengadaptasi kisah ibu dan anak Tupon dan Sekar ke dalam naskah film karena ceritanya yang menginspirasi.

"Saya jarang mau bikin naskah untuk film orang lain, ini pertama kalinya. Karena saya berada di titik kebosanan dengan warna film Indonesia yang itu-itu saja. Gampang ditebak. Lalu saya melihat novel karya Aishworo Ang yang lulusan Muhamadiyah, novelnya sangat menginspirasi dan tepat untuk ditampilkan sekarang," kata John dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.

Mars disutradarai  Sahrul Gibran dengan produser Andy Shafik.

John yang merupakan sutradara Denias, Senandung di Atas Awan (2006) itu mengatakan akan mengusung kesuksesan inspiratif Denias, namun tak akan melakukan pengulangan.

"Di negara kita, orang paling banyak bunuh diri ada di Gunung Kidul, istilahnya pulung gantung. Fenomena itu terjadi karena tingginya angka kemiskinan di sana. Ini adalah masalah Bangsa, kalau ini tidak kita angkat, maka alangkah biadabnya kita sebagai suatu bangsa," kata John.

Film produksi Multi Buana Kreasindo dan Leica Production itu mengisahkan tentang perjuangan seorang ibu bernama Tupon dalam membesarkan anak perempuannya, Sekar Palupi, di tengah keterbatasan yang ia miliki. Film berlatar belakang kehidupan keras yang penuh derita di Gunung Kidul.

Meski buta huruf, sang Ibu selalu menanamkan arti pentingnya pendidikan pada anak perempuannya. Ia ingin anak perempuannya  menjadi bintang yang paling terang bersinar di malam hari, mengalahkan cahaya bintang yang lain di sekitarnya. Sang Ibu menyebutnya lintang lantip (bintang yang cerdas) yang ternyata merupakan planet Mars.

Film yang direncanakan akan tayang di bioskop Mei 2015 itu didukung aktor dan aktris seperti Kinaryosih, Acha septriasa, Jajang C. Noor, Teuku Rifnu Wikana, dan lain-lain.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014