Saya hanya pekerja suruhan saja."
Mataram (ANTARA News) - Kayu pohon di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa, Dusun Kumbi, Desa Pakuan, Kecamatan Narmada, dijarah oleh oknum warga yang tidak bertanggungjawab.

Menurut pantauan wartawan yang kebetulan bertemu dengan kawanan pencuri kayu pada Senin (22/12) sore, melihat bahwa aktivitas itu nampak dikoordinir dengan rapi dan diduga berkaitan erat dengan sindikat pembalakan liar.

Penjarah hutan itu tidak takut dan sudah mempersiapkan alat pengangkut yakni truk berukuran besar dengan muatan puluhan potong kayu sepanjang tiga meter lebih.

Saat ditanya, para oknum pencuri tersebut dengan santai menjawab bahwa ia hanya pekerja yang mengambil upah. "Saya hanya pekerja suruhan saja," katanya kepada wartawan.

Diketahui kini di kawasan tahura Nuraksa, sulit ditemukan pohon besar yang dikatakan sebagai sumber kehidupan, kecuali hamparan pohon pisang, kopi dan ilalang.

Puluhan batang pohon berdiameter besar itu disembunyikan di pinggir jalan. Para pelaku menutupi dengan semak-semak pisang yang baru saja di tebang.

"Maaf pak, jalannya terganggu," kata salah seorang pelaku menghadang sejumlah wartawan saat mengeksekusi kayu ke dalam truk.

Terlihat puluhan batang kayu yang diambil dari kawasan Tahura itu diduga baru saja ditebang. Karena, getah kayunya masih tampak segar.

Warga yang terlibat dalam pengangkutan kayu itu sekitar tujuh orang. Diatas truk warna biru terdapat dua orang, sementara lima orang lainnya berada di bawah.

Sebagian kayu sengaja ditinggal karena truk itu tidak mampu mengangkut dan disembunyikan dengan cara menutupnya menggunakan daun pisang.

Untuk mengelabui petugas atau masyarakat setempat, truk yang membawa kayu itu tidak menggunakan nomor polisi. "Tidak ada plat nomornya truk itu," kata salah seorang wartawan yang memastikan truk pengangkut kayu yang diduga illegal itu.

Selesai mengangkut, truk itu beranjak dari lokasi pengambil kayu. Mereka melaju dengan cukup kencang, terutama ketika melintas di pemukiman warga.

Sementara, saat melintas di bagian pos penjagaan Tahura Nuraksa terlihat sepi. Tidak ada satu petugas pun yang beraktivitas di bangunan tersebut. Situasi itu membuat para pelaku pembalakan liar lebih leluasa mengambil kayu dari dalam kawasan hutan.

Eka Mandor Tahura Nuraksa mengaku, pengambilan kayu secara "illegal" memang cukup rawan di wilayah pantauannya itu. "Biasanya para pelaku mengambil kayu menjelang waktu petang," katanya saat ditanya sejumlah wartawan.

Untuk diketahui, Kawasan Tahura Nuraksa adalah pangkal kehidupan warga Lombok barat termasuk Kota Mataram. "Jika hutan yang diketahui satu kawasan dengan wilayah Sesaot, Kecamatan Narmada, akan dibiarkan terus menerus rusak, maka debit air akan semakin menurun," ucapnya.

Ia menuturkan, jika hutan "gundul" nantinya masyarakat tidak bisa hidup, dan Perusahaan Daerah Air Minum akan merugi. "Jangan anggap hutan Kumbi dan Sesaot itu hanya sekedar hutan, tapi nasib kehidupan kita tergantung dari kelestariannya," ujar Eka.

Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014