Jakarta (ANTARA News) - Olahraga otomotif menjadi salah satu pemberitaan primadona di halaman olahraga media nasional sepanjang 2014, karena ketatnya persaingan di kancah laga internasional yang diikuti atlet Indonesia.

Ada dua atlet nasional yang saat ini berkiprah dalam laga olahraga otomotif internasional, yaitu Rio Haryanto dan Sean Gelael, yang nama mereka sudah mencuat dan jadi perhatian perhatian pengamat lomba single seater.

Rio, kelahiran 22 Januari 1993, sudah lama menjalani kiprahnya di dunia otomotif.

Ia mengawali karirnya dari kancah perlombaan karting, kemudian meningkat ke jenis Formula Pasifik BMW, Formula Asia, Formula Asia Renault, Formula 3 Australia, Formula BMW Eropa, Auto GP, Seri GP3 dan kini menekuni laga di jenis GP2.

Sementara Sean Gelael yang berusia 18 tahun, kelahiran 1 November 1996, mulai 2015 naik kelas ke jenjang perlombaan Seri Dunia Formula Renault 3.5.

Sebelumnya, ia menekuni lomba FIA Formula 3 Eropa selama dua musim. Ia juga beranjak karirnya dari lomba karting nasional, Asia, Eropa, Formula Pilota, Formula 3 Inggris dan Eropa.

Nah, ketika ada dua pebalap Indonesia yang sudah berada di tangga atas jenjang lomba menuju Formula Satu (F1) - selain juga banyak calon lain yang masih berada di bawah level mereka - keinginan petinggi olahraga untuk menyelenggarakan lomba akbar itu kembali berkumandang.

Ini sebenarnya sudah mulai berkumandang sejak Sirkuit Internasional Sentul dibangun beberapa dekade lalu, namun karena berbagai sebab, keinginan itu kandas hanya merupakan catatan-catatan di atas meja.

Ketika calon Ketua Umum IMI (Ikatan Motor Indonesia) Komjen (Pol) Nanan Soekarna dalam usaha agar terpilih menjadi ketua umum PP IMI periode 2011-2015, berjanji akan membangun sirkuit F1 di Indonesia.

Ia mengkampanyekan membangun sirkuit itu pada Munas IMI di Hotel Sunan, Solo, pada 16 Desember 2010, sampai akhirnya mendapat 21 suara dari 33 Pengprov yang memilik suara, sedangkan Letjen (Purn) TNI AD Hotmangaraja Pandjaitan mendapatkan 12 suara.

Tapi janji tinggal janji, hingga kini tidak ada terdengar usahanya untuk memenuhi harapan masyarakat Indonesia yang mendambakan adanya sirkuit F1 di Indonesia.

Menpora baru Imam Nahrawi kelihatannya amat jeli memandang bahwa adanya sirkuit F1 di satu negara merupakan sarana luar biasa dalam membangun bangsa dari segi pariwisata dan ekonomi, khusus olahraga itu sendiri.

Ketika niatnya itu terungkap di media, Pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Bali langsung merespons dengan menyatakan mendukung program Imam Nahrawi yang berusaha membangun sirkuit balap (MotoGP dan F1) di Pulau Dewata.

"Kami sangat mendukung adanya pembangunan sirkuit di Bali karena Pulau Dewata menjadi tempat strategis untuk perkembangan dunia olahraga balap," kata Ketua Umum KONI Bali, I Ketut Suwandi, di Surabaya, baru-baru ini.

Pihaknya mengakui adanya rencana pembangunan sirkuit balap di Pulau Dewata tersebut dan bahkan sudah ditentukan lahan dan lokasinya yang merupakan tanah milik Pemerintah Provinsi Bali.

Suwandi mengatakan, pembangunan sirkuit tersebut akan berada di dua tempat yakni di Kabupaten Jembrana dan Desa Pecatu, Nusa Dua, Badung, Bali.

"Hal ini sangat didukung oleh Pemerintah Kabupaten Badung yang sudah memastikan lokasi sirkuit itu," ujarnya.

Ia menuturkan, Pemerintah Provinsi Bali dan Pemkab Badung menyiapkan lahan seluas 23 hektar di Desa Pecatu dan 123 hektar di Kabupaten Jembrana untuk membangun sirkuit Internasional itu.

"Untuk dana pembangunan tersebut kami belum tahu. Namun, kemungkinan dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan dari Pemda Bali maupun pihak swasta," ujarnya.

Imam Nahrawi ketika membuka acara PON Remaja di Gedung DBL Arena, Surabaya, Jawa Timur, 9 Desember 2014 mengakui rencana pembangunan sirkuit balap tersebut sudah dibicarakan dengan Pemprov Bali.

Pihaknya menyatakan pembangunan sirkuit tersebut merupakan usulan Pemerintah Provinsi Bali untuk menjadikan Pulau Dewata sebagai destinasi wisata dunia.

Namun, pihak Menpora masih berkoordinasi dengan PP IMI untuk rencana pembangunan sirkuit internasional tersebut karena untuk membangun itu perlu mengeluarkan dana APBN.

Sirkuit dan penyelenggaraan perlombaan Formula1 di seluruh dunia umumnya memang harus dibantu pemerintah. Kalau selama ini tidak ada tanda-tanda pemerintah melirik ke F1, maka Imam Nahrawi menunjukkan sikap positif.

Untuk ini, memang dibutuhkan kerja sama dari berbagai sektor untuk memikirkan dan mengerjakannya, karena ini merupakan pekerjaan maha besar yang penyejawentahannya membutuhkan waktu panjang.

Penyelenggaraan lomba F1, tidak perlu dipungkiri, memang merupakan jendela dunia bagi tuan rumah sekaligus sebagai pintu masuknya sektor riil pariwisata dan perekonomian bagi negara yang bersangkutan.

Kini yang menjadi pertanyaan, apakah Sean dan Rio yang terlebih dahulu berlaga di sirkuit F1 atau sirkuit F1 Indonesia yang lebih dahulu eksis. Ini merupakan lomba menarik yang tunggu-tunggu.

Semoga kelak lahir local hero di lintasan F1 Indonesia.

Pewarta: AR Loebis
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014