Atas keterbatasan teknologi kita akan meminjam alat dari negara lain
Jakarta (ANTARA News) - Badan SAR Nasional (Basarnas) membutuhkan alat-alat pencarian pesawat Air Asia QZ 8501 yang diperkirakan hilang di kawasan perairan sekitar Pulau Nangka, Bangka Belitung.

"Atas keterbatasan teknologi kita akan meminjam alat dari negara lain yang menawarkan, seperti dari Inggris, Prancis dan Amerika Serikat," kata Kepala Basarnas Marsekal TNI Madya Bambang Soelistyo di Jakarta, Senin.

Ia mencontohkan beberapa peralatan yang diperlukan adalah pendeteksi "Emergency Locator Transmitter" (ELT) dan alat penindaklanjut temuan.

Selain itu, Basarnas juga memerlukan tambahan kapal pendeteksi pesawat.

Tidak hanya alat, Basarnas juga memerlukan bantuan kapal dari luar negeri. Sejauh ini, Basarnas menggunakan kapal dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang memiliki alat sonar bawah laut.

Peminjaman alat-alat itu, kata dia, bermanfaat untuk mempercepat penemuan pesawat Air Asia yang hilang kontak sejak Minggu pagi tersebut.

Sejauh ini, Basarnas belum menangkap sinyal ELT pesawat Air Asia QZ 8501. ELT sendiri akan memancarkan sinyal bila sebuah pesawat mengalami kecelakaan.

Sementara itu, insiden hilangnya pesawat Air Asia itu menyebabkan sentimen negatif pasar saham.

Dilaporkan, saham maskapai penerbangan milik Tony Fernandes tersebut anjlok 13 persen menjadi 2,56 ringgit per lembar saham dan lebih rendah 8,2 persen pada perdagangan pukul 9.38 waktu setempat.

Harga saham Air Asia dipangkas dari target 3,15 ringgit menjadi 2,64 ringgit per lembar saham. Sementara saham Air Asia X Bhd tergelincir 6,6 persen di lantai bursa Malaysia.

(A061)



Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014