Lubuk Basung (ANTARA News) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), menyatakan, ikan milik petani keramba jaring apung Danau Maninjau yang mati mendadak menjadi sekitar 100 ton dengan kerugian sekitar Rp3 miliar.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam Ermanto di Lubuk Basung, Senin, mengatakan 100 ton ikan ini tersebar di Nagari Maninjau sekitar 30 ton dan Nagari Bayua sekitar 70 ton.

"Akibat kematian ini, petani keramba jaring apung mengalami kerugian sekitar Rp3 miliar, karena harga ikan di lokasi seharga Rp30.000 perkilogram. Ini merupakan data sementara yang diperoleh dari petani," katanya.

Ia menambahkan, kematian ikan ini disebabkan oleh oksigen berkurang di perairan Danau Maninjau, akibat curah hujan terlalu tinggi di Kecamatan Tanjung Raya pada Kamis (25/12).

Pada Minggu (28/12), katanya, ikan milik petani mati mendadak sampai 100 ton hingga Senin sore.

Untuk mengurangi kematian lebih banyak, Ermanto meminta kepada petani untuk melakukan panen dini, mengurangi tebar benih ikan, dan mengurangi pemberian pakan ikan.

Bupati Agam Indra Catri mengatakan, pemkab setempat telah memberikan surat edaran agar mengurangi tebar benih pada Oktober 2014 sampai Januari 2014.

"Kami telah berulang kali mengingatkan agar pembudidaya mengurangi tebar benih ikan pada Oktober sampai Januari, karena curah hujan tinggi pada bulan itu," katanya.

Petani keramba jaring apung di Bancah Nagari Bayua, Candrianto (38), mengatakan, ikan miliknya mati sekitar tiga ton dari enam petak keramba jaring apung miliknya dan kerugian sekitar Rp60 juta.

"Rata-rata ikan milik petani di Bayua mati sekitar dua sampai lima ton. Kondisi ini sudah hal biasa, karena hampir setiap tahun ikan milik petani mati mendadak," katanya.

Ia menambahkan, kematian ikan ini terjadi semenjak Minggu (28/12), setelah curah hujan tinggi melanda Kecamatan Tanjung Raya, sehingga oksigen berkurang di perairan. Dengan kematian ini, pihaknya berharap Pemkab Agam memberikan bantuan pakan ikan.

Pewarta: Hamriadi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014