Roma (ANTARA News) - Presiden Italia berusia 89 tahun Giorgio Napolitano menyatakan akan segara mengundurkan diri dengan alasan usia dan ini membuat Perdana Menteri Matteo Renzi menghadapi cobaan politik yang pelik dalam mencari pengganti sang presiden.

Setelah tidak muncul selama berbulan-bulan, Napolitano memulai pidato kenegaraan tahunan setiap akhir tahun dengan mengatakan dia juga berbicara kepada penggantinya yang segera mengambil alih posisi dia.

"Saya akan mundur, untuk mengundurkan diri sesuai yang dititahkan konstitusi. Saya sudah mencapai umur yang menambah keterbatasan dan kesulitan saya dalam menunaikan tugas kelembagaan saya yang rumit dan penuh tuntutan ini."

Dia diperkirakan mundur Januari ini ketika Italia menuntaskan pengalihan kepemimpinan Uni Eropa.

Jika Renzi tidak bisa memandu kandidat berterima melalui proses pemilihan presiden yang rumit maka itu akan meningkatkan keraguan atas kemampuannya dalam mendesakkan reformasi ekonomi dan perubahan terencana konstitusi dan sistem pemilu.

Jika itu terjadi maka akan makin menambah ketidakmenentuan politik yang menyelimuti zona euro.

Kepala negara Italia punya wewenang luas namun kurang berkuasa, termasuk dalam mengangkat perdana menteri, dan bisa memveto legislasi, selain bisa menggunakan kekuatan moral kepresiden untuk memengaruhi agenda politik.

Napolitano, mantan komunis yang dihormati di Eropa dan Washington yang mulai berkuasa pada 2006, setuju menjabat masa kedua kekuasaannya tahun lalu menyusul kebuntuan pemilu yang bisa membuat politik Italia terguncang, namun kemudian dia mengatakan tak akan penuh mengabdi selama tujuh tahun.

Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi, Menteri Keuangan Pier Carlo Padoan dan Menteri Pertahanan Roberta Pinotti menjadi tiga calon terkuat pengganti Napolitano.

Renzi (39) dipilih oleh Napolitano kurang dari setahun lampau telah mengatakan yakin sekali sang pengganti bisa segera dipilih. Namun proses yang dilalui sangat rumit sehingga bisa melelahkan perpolitikan Italia padahal negeri ini sedang berjuang melawan resesi.

Pemilihan Presiden melibatkan 1.000 pemilik suara gabungan dari anggota parlemen dan wakil-wakil wilayah. Namun momen ini bisa digunakan lawan-lawan politik Renzi untuk menyerang balik Renzi.

Mantan Perdana Menteri Silvio Berlusconi mengatakan kesepakatan dengan presiden dibutuhkan demi mendukung agenda reformasi konstitusi yang lebih luas.

Pengalaman 2013 ketika mantan Perdana Menteri Romano Prodi ditolak oleh sekitar 100 legislator dalam partainya sendiri menunjukkan bahwa Renzi bisa menghadapi bahaya juga muncul dari dalam partainya sendiri.

Pengalaman 2013 itu malah menumbangkan pemimpin Partai Demokrat Pierluigi Bersani yang mendukung Prodi, yang akhirnya menjadi jalan bagi Renzi untuk berkuasa beberapa bulan kemudian.




Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015