Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membuka pusat komando pengendalian dan operasi pencarian AirAsia QZ8501 oleh Kapal Riset Baruna Jaya I (BJ 1) di Gedung I BPPT Jakarta, lantai 18.

"Posko ini akan berfungsi sebagai posko untuk meng-update informasi terkini perjalanan dan operasi Baruna Jaya secara real-time," kata Kepala Seksi Survei BPPT Handoko Manoto dalam siaran pers BPPT di Jakarta, Jumat.

Handoko menambahkan bahwa Baruna Jaya 1 yang membawa peralatan canggih dan dilengkapi dengan jaringan komunikasi satelit akan tiba di lokasi pencarian badan pesawat pada pukul 22.00 WIB dan langsung beroperasi 24 jam nonstop.

Ditambahkannya, Kapal Riset Baruna Jaya 1 milik BPPT tengah melanjutkan pencarian kembali badan pesawat AirAsia yang jatuh di Selat Karimata dekat perairan Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Di tempat terpisah, Kapal BJ 1 sejak Jumat pagi melego jangkar di Teluk Kumai untuk berlindung dari badai sambil mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk mencari pesawat Air Asia.

Tim ekspedisi BJ 1 akan kembali bergerak ke lokasi pencarian yang berjarak tujuh jam perjalanan dari Teluk Kumai dengan kecepatan 9-10 knot perjam.

"Mudah-mudahan kondisi badai di lokasi pencarian sudah mulai reda. Apabila masih terjadi badai, tim akan tetap bekerja dengan maksimal," ungkap Ketua tim ekspedisi BJ 1, Rahardian.

Kapal Riset BJ I, urainya, telah dibekali empat peralatan yakni, Multi Beam Echo Sounder yang berfungsi untuk melakukan pemetaan biometri dalam laut.

Kedua adalah Side Scan Sonar yang juga berfungsi untuk melakukan pemetaan dengan jangkauan yang lebih tajam.

Ketiga yakni Megato Meter atau alat deteksi logam yang dipakai apabila hasil yang didapat oleh kedua tes awal menunjukkan indikasi adanya objek di dasar laut.

"Yang keempat adalah ROV (Remote Operated Vehicle) yang berfungsi menampilkan visual real (gambar video) dari dasar laut. Keempat alat tersebut akan bekerja secara bergantian. Dengan begitu, data yang didapat sudah terkonfirmasi kebenarannya," katanya.

Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015