Banjul, Gambia (ANTARA News) - Pasukan keamanan Gambia melakukan penggeledahan dari rumah ke rumah di ibu kota Banjul, Jumat, untuk mencari para tersangka pelaku kudeta, kata penduduk.

Para saksi mata mengatakan pasukan itu, yang juga membangun tempat-tempat pemeriksaan di jalan-jalan menuju kota pantai itu, memeriksa para tersangka serangan terhadap istana presiden.

Serangan itu, yang berhasil dipukul mundur oleh pasukan keamanan, dilakukan ketika Presiden Gambia Yahya Jammeh sedang melakukan kunjungan pribadi ke Dubai, Selasa, kata sumber-sumber diplomatik dan militer.

"Tentara Gambia yang membawa senjata sedang melakukan penggeledahan dari rumah ke rumah," kata seorang wanita yang tinggal di Banjul kepada AFP. "Mereka yakin para penyerang masih besembunyi di ibu kota itu."

Penduduk di permukiman-permukiman lainnya juga melaporkan rumah-rumah digeledah.

Seorang nelayan, yang tidak bersedia namanya disebutkan karena situasi yang mengkhawatirkan di kota itu, mengatakan ia telah diperingatkan oleh keluarga agar tidak pulang ke rumah.

Para pejabat militer dan pemerintah tidak dapat dihubungi untuk diminta komentar.

Satu sumber badan intelijen, Kamis, mengatakan belasan orang telah ditangkap sehubungan dengan serangan fajar, yang dilakukan oleh para pria bersenjata berat yang datang dengan menggunakan kapal kecil.

Sumber-sumber militer Gambia mengatakan kudeta itu dipimpin oleh seorang kapten yang membelot dari militer dan tewas bersama dengan dua penyerang lainnya.

Empat perwira yang diduga ikut serta dalam usaha kudeta itu mengungsi ke negara tetangga Afrika barat, Guinea-Bissau, kata satu sumber militer kepada AFP.

Jammeh, 49 tahun yang bekuasa melalui satu kudeta, memerintah negara kecil yang terletak di sepanjang sungai Gambia itu selama 20 tahun.

Pemerintahnya dituduh melakukan pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia dan para pengamat pada Selasa memperingatkan serangan itu dapat digunakan sebagai pembenaran bagi satu pengawasan yang ketat.

Pada Kamis, ia menuduh pasukan asing yang tidak disebut nama negaranya berusaha menggulingkan dia dan menegaskan bahwa tentaranya "sangat setia".

"Ini bukan satu kudeta. Ini adalah satu serangan oleh satu kelompok teroris yang didukung beberapa negara yang tidak dapat saya sebut namanya," katanya.

Utusan PBB untuk Afrika Barat, Mohammed Ibn Chambas, mengecam "usaha untuk merebut kekuasaan melalui cara-cara yang tidak konstitusional".

Ibn Chambas, yang akan segera mengunjungi Gambia, menyerukan pasukan keamanan "menjamin bahwa pemeriksaan-pemeriksaan terhadap para tersangka dilakukan dengan menghormati penuh hak asasi manusia dan sesuai dengan proses hukum yang berlaku".

(Uu.H-RN)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015