Banjul, Gambia (ANTARA News) - Pihak berwenang di Gambia memerintahkan penutupan sebuah stasiun radio populer sebagai bagian dari penindakan keras menyusul serangan yang gagal terhadap istana presiden, menurut sebuah sumber yang dekat dengan pemerintah, Minggu.

AFP melaporkan, agen keamanan memerintahkan manajer stasiun radio Teranga, Alagie Ceesay, "untuk menghentikan siaran dengan segera", kata sumber, yang berbicara tanpa menyebut nama. Stasiun radio independen itu, yang menerjemahkan berita dari bahasa Inggris ke bahasa setempat, ditutup pada Sabtu.

Polisi menahan Ceesay untuk diperiksa Sabtu malam. Ia dibebaskan pada Minggu tanpa tuduhan, tambah sumber itu.

Tidak ada penjelasan yang diberikan untuk penutupan stasiun radio itu, yang juga ditutup sementara pada tahun 2012 di tengah-tengah kecaman internasional atas eksekusi negara pada sembilan tahanan.

Para pengamat telah memperingatkan bahwa Presiden Yahya Jammeh, yang telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas 20 tahun masa pemerintahannya, bisa menggunakan serangan pada Istana Presiden di Banjul, Selasa, sebagai pembenaran untuk melumpuhkan perbedaan pendapat.

Jammeh berada di Dubai ketika sekelompok pria bersenjata berat yang bepergian dengan perahu melakukan serangan di ibukota pesisir.

Pengawal presiden mampu mengatasi serangan itu, yang dipimpin oleh seorang desertir tentara, menurut sumber-sumber militer.

Puluhan tentara dan warga sipil telah ditangkap atas serangan itu, menurut seorang sumber yang dekat dengan penyelidikan tersebut.

Jammeh telah memimpin negara Afrika barat kecil yang berpenduduk dua juta orang itu sejak mengambil kekuasaan melalui kudeta pada tahun 1994.

Ia menuduh pasukan asing tak dikenal mencoba untuk menggeser dia dan bersikeras tentara "sangat setia".

(Uu.G003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015