Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat diimbau untuk mewaspadai beberapa penyakit yang kasusnya mengalami peningkatan pada musim hujan seperti demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan oleh nyamuk.

"Data sejak beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa Januari seperti sekarang ini seringkali menunjukkan peningkatan kasus DBD di negara kita. Karena itu, kita semua perlu waspada dan perlu lebih mengenal penyakit ini, serta mencegah dan menanggulanginya dengan baik," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama dalam surat elektroniknya di Jakarta, Selasa.

DBD adalah penyakit yang mudah menular dari orang ke orang melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia kecuali tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.

Karena mudahnya reproduksi nyamuk maka DBD sering menimbulkan kejadian luar biasa di sebuah populasi penduduk terutama yang padat.

Tjandra memaparkan gejala awal DBD antara lain demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakkan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai tanda-tanda pendarahan serta pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian.

Masa inkubasi penyakit selama 3-14 hari tetapi pada umumnya 4-7 hari.

"Belum ada obat dan vaksin untuk mencegah DBD. Pengobatan terhadap penderita hanya bersifat simtomatis dan suportif," kata Tjandra.

Pada 2014 hingga pertengahan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, 641 di antaranya meninggal dunia.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (2013) dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 orang.

Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan di dalam rumah maupun di luar rumah, antara lain untuk memberantas sarang dan jentik-jentik nyamuk.

"Pencegahan demam berdarah yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu menguras, menutup dan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk," ujar Tjandra.

Kegiatan "Plus" adalah bentuk kegiatan pencegahan tambahan seperti menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk.

"PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD," kata Tjandra.

Penelitian Vaksin DBD

Penelitian vaksin DBD saat ini tengah memasuki Fase 3 dengue CYD 15 di lima negara endemis di Amerika Latin dan Karibia dengan menggunakan 20.875 sampel anak berusia 9-16 tahun.

Sejauh ini, Tjandra menyebut Vaksin CYD 15 secara umum berhasil menurunkan kasus dengue sampai 60,8 persen, mengurangi tingkat perawatan di RS karena dengue sampai 80.3 persen, mereduksi kasus DHF sampai 88,5 persen dan tingkat keampuhannya terhadap DEN-2 mencapai 42,3 persen atau sedikit lebih tinggi dibanding angka 35 persen yang tercapai saat studi sejenis di Asia bulan Juli lalu.

"Proses penelitian masih terus berlanjut," kata Tjandra.

Keberhasilan vaksin DBD tersebut diharapkan dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat DBD di berbagai negara terutama negara tropis.

Pewarta: Arie Novarina
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015