Singapura (ANTARA News)  - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Rabu ke tingkat terendah dalam lima setengah tahun, di tengah kekhawatiran tentang gejolak global baru atas krisis politik di Yunani, kata para analis.

Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 28 sen menjadi 47,65 dolar AS, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari, turun 31 sen menjadi 50,79 dolar AS di perdagangan sore.

"Rumor keluarnya Yunani dari zona euro, dengan yang lain cenderung mengikutinya, kemungkinan lebih memperlemah permintaan minyak," kata Shailaja Nair, direktur editorial penyedia informasi energi Platts, seperti dilaporkan AFP.

Pasar global telah ketakutan bahwa Yunani bisa keluar dari zona euro jika partai oposisi anti-penghematan memenangkan pemilihan umum pada 25 Januari.

Para analis telah memperingatkan kemenangan bagi partai sayap kiri Syriza yang bisa melihat mereka menghapus langkah-langkah ketat yang dipersyaratkan di bawah kesepakatan bailout (dana talangan) bagi negaranya, yang ditetapkan oleh Dana Moneter Internasional dan Uni Eropa, sebuah langkah yang dapat menyebabkan Yunani keluar dari blok mata uang.

Sebuah laporan akhir pekan media mingguan Der Spiegel Jerman mengutip sumber-sumber Berlin yang mengatakan mereka menganggap keluarnya Yunani "hampir tak terelakkan" jika Partai Syriza menang.

Para pengamat mengatakan ada kekhawatiran bahwa negara-negara lebih besar yang juga menghadapi kesulitan ekonomi seperti Spanyol dan Italia bisa mengikuti mereka.

Nair mengatakan harga minyak diperkirakan akan tetap rendah karena berlimpahnya pasokan global menunjukkan tidak adanya tanda-tanda pengurangan dalam menghadapi permintaan yang melemah.

"Arab Saudi tidak menunjukkan indikasi bahwa pihak akan memangkas produksi, sementara permintaan minyak dari Tiongkok, India, dan zona euro tetap rendah," katanya.

Minyak mentah telah kehilangan lebih dari setengah nilainya sejak Juni karena pasokan global yang melimpah dan perlambatan pertumbuhan di negara ekonomi utama dunia telah mengurangi permintaan.

(Uu.A026)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015