Seni dan budaya dapat mempererat hubungan kedua bangsa yang berbeda latar belakang, berbeda sejarah, dan sebagainya
Beijing (ANTARA News) - Maestro lukis asal Indonesia, Sidik W. Martowidjojo akan menggelar pameran di Beijing, pada April 2015 sebagai rangkaian peringatan 65 tahun hubungan Indonesia-Tiongkok.

"Kegiatan pameran lukis saya nanti, juga akan diisi dengan penampilan tari tradisional Indonesia dan empat warisan budaya dunia asal Indonesia yakni angklung, wayang, keris dan batik," katanya, kepada Antara di Beijing, Kamis.

Sidik menuturkan keragaman seni dan budaya Indonesia itu sangat besar, begitu pun bentuknya tidak saja seni lukis tetapi juga ada tari, musik, sastra, film dan sebagainya.

"Kekayaan seni dan budaya kita itu juga banyak dan memiliki sejarah panjang. Ini yang harus ditampilkan sebagai salah satu jati diri bangsa yang besar," kata pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 77 tahun silam itu.

Seni dan budaya juga merupakan salah satu alat berdiplomasi yang ampuh. "Seni dan budaya dapat mempererat hubungan kedua bangsa yang berbeda latar belakang, berbeda sejarah, dan sebagainya. Apalagi jika bicara Indonesia dan Tiongkok, kedua bangsa ini telah memiliki hubungan sejarah yang cukup panjang," kata Sidik.

Karena itu, dalam pameran di Beijing April mendatang, tak hanya karya lukis tetapi juga bentuk seni dan warisan budaya yang dimiliki Indonesia akan ditampilkan, ungkap pria yang memiliki nama lain Ma Yongqiang itu.

Direktur Jenderal Pusat Kerja Sama Internasional Tiongkok yang mendukung kegiatan tersebut Ke Zhihua mengatakan Indonesia dan Tiongkok memiliki sejarah panjang yang saling berkaitan satu sama lain.

"Indonesia dan Tiongkok adalah dua bangsa yang berbeda karakter dan budayanya, namun keduanya memiliki hubungan sejarah yang panjang, dan bahkan saling melengkapi, mempengaruhi satu sama lain," ujarnya.

Indonesia dan Tiongkok dapat berkembang bersama, membangun Asia melalui keragaman dan kekayaan budaya yang dimiliki masing-masing tanpa meninggalkan atau mengabaikan jati diri masing-masing sebagai sebuah bangsa.

Pameran Sidik di Beijing juga merupakan bagian dari road show seninya sepanjang 2015 yang akan diawali dengan pameran di Indonesia pada Februari, dilanjutkan ke Beijing, Swiss dan Austria.

Sejak 1998, Sidik telah menggelar lebih dari 20 pameran tunggal dan beberapa kali pameran bersama di Galeri Nasional, Jakarta, Langgeng Gallery, Magelang, Nadi Gallery, Jakarta, dan ia mulai pameran di Tiongkok, seperti The China Millenium Monument, Beijing, National Art Museum of China (NAMoC), Beijing, Liu Haisu Art Museum, Shanghai, Fuzhou National Gallery, Fuzhou, dan Huafu Tiandi, Shanghai.

Sidik beberapa kali mendapat penghargaan, antara lain dari karya Bunga Phoenix (media cat hitam putih) sebagai Lukisan Tiongkok Mutu Terbaik dalam kompetisi seni lukis dan kaligrafi Tiongkok sedunia di Beijing (2001) dan di Nanjing (2002).

Pewarta: Rini Utami
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015