DE berasal dari Kelurahan Penatoi, sedangkan ER warga Kelurahan Nae. Saat ditangkap, mereka melakukan perlawanan, jadi dengan terpaksa anggota menembaknya."
Mataram (ANTARA News) - Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bima, Nusa Tenggara Barat, telah menangkap dua warganya yang berinisial DE dan ER karena diduga terlibat jaringan teroris di Poso dan berperan dalam penembakan aparat.

"DE berasal dari Kelurahan Penatoi, sedangkan ER warga Kelurahan Nae. Saat ditangkap, mereka melakukan perlawanan, jadi dengan terpaksa anggota menembaknya," kata Wakapolresta Bima Kompol Yuyan Priatmadja kepada wartawan, Kamis.

Ia mengatakan bahwa keduanya ditangkap oleh aparat gabungan dari Polresta Bima dan hingga kini masih diamankan untuk diperiksa lebih lanjut. "Keterangannya masih didalami di sini, belum dibawa ke Jakarta," ucapnya.

Lebih lanjut, dijelaskannya, DE dan ER diduga memiliki keterlibatan dalam kasus terbunuhnya tiga anggota kepolisian di Bima pada 2014 lalu, oleh oknum yang hingga kini identitasnya belum diketahui.

Selain itu, kedua pelaku diduga ikut serta dalam memberikan pelatihan teroris di wilayah Bima dengan mengambil peran sebagai pimpinannya. Dugaan itu terkait saat terjadinya penangkapan, anggotanya menemukan sepucuk senjata api dari tangan DE.

Diketahui, senjata api yang berhasil diamankan anggota dari tangan DE yakni senjata revolver jenis Taurus bersamaan dengan enam butir peluru. Namun, senjata api yang diamankan sudah tidak terlihat nomor serinya.

Ia menambahkan bahwa peluru tersebut ditemukan dari dalam tas yang dibawanya bersama dengan sebuah paspor. Selain itu, dari tangan pelaku diamankan tiga sepeda motor, kain penutup kepala dan dua Kartu Tanda Penduduk (KTP) milik MH dan MF.

Lebih jauh ia mengungkapkan bahwa anggotanya kini tengah mengejar seorang pelaku yang identitasnya sudah diketahui berinisial F. "Kami masih memburu satu pelaku yakni F, anggota hingga kini terus melacaknya di lapangan," ujar Yuyan.

Pria tersebut diduga merupakan jaringan kelompok Santoso di Poso yang telah menjadi buronan Densus 88/antiteror.

Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015