Jakarta (ANTARA News) - Dokter spesialis mata mengungkapkan, tak melulu orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalami kerusakan kornea mata.

"Keluhan kornea bisa terjadi pada anak-anak. Salah satunya gara-gara genital. Dalam setahun saya bisa bertemu tiga sampai empat orang (pasien anak). Korneanya sudah keruh sejak lahir," ujar Ketua Kolegium Ophtalmologi Indonesia, DR. Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM, PhD, di Jakarta, Kamis.

Di samping pengaruh gen, kerusakan kornea mata pada anak juga dapat disebabkan infeksi yang didapat saat ia lahir.

"Misalnya saat ibu yang terinfeksi di saluran vaginanya melahirkan. Mata anak juga bisa terinfeksi," kata dr. Tjahjono.

Menurut dia, bila kornea sudah rusak, maka teknik cangkok atau transplantasi kornea menjadi salah satu upaya yang kerap tempuh agar kesehatan penglihatan pasien kembali. Hanya saja, tak seperti pada orang dewasa, teknik cangkok kornea pada anak relatif lebih sulit dilakukan.

"Teknik transplantasi pada anak susah dilakukan, karena tingkat ketebalan kornea yang tidak sama dengan donor. Kemudian,  kornea yang sangat lentur, sehingga langsung menggulung, menyulitkan saat operasi," kata dia.

Selain itu, transplantasi kornea yang dilakukan pada anak pun harus dilakukan pada keseluruhan bagian kornea. Tidak bisa hanya mengganti salah satu lapisan kornea saja.  

"Kalau pada anak-anak tidak bisa per lapisan, tetapi harus keseluruhan. Ini tentu membutuhkan pemulihan jangka panjang sehingga periode anak melihat menjadi sangat singkat dan tidak bisa mencapai penglihatan maksimal," tutur dr. Tjahjono.

Dia mengatakan, sebelum prosedur operasi dilakukan, sulitnya mendapatkan donor kornea mata anak juga menjadi masalah tersendiri. Bahkan kata dia, hal ini lebih sulit ketimbang mendapatkan donor kornea untuk dewasa.

Menurut dr. Tjahjono, untuk dewasa saja, Indonesia saja harus mendapatkan donor dari luar negeri.

"Donor kornea mata di Indonesia sangat menyedihkan. Kita masih tergantung pada donor dari luar negeri. Jumlah pendonor sedikit dibandingkan jumlah populasi. Sekitar 25 ribu orang yang terdaftar. Tetapi itu belum bisa digunakan dalam waktu dekat," kata dia.



Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015