Jambi (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari, Jambi, akan menggerakkan anak-anak Sekolah Dasar di daerah itu mulai kelas IV--VI sebagai tenaga penyuluh cilik gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dongue (PSN DBD).

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Batanghari Almi Cab, Jumat mengatakan, selama ini Dinkes kewalahan dalam melakukan sosialisasi terkait dengan PSN DBD.

Karena itu, Dinkes Batanghari berencana akan menggerakkan anak-anak SD sebagai tenaga penyluh cilik dalam pemberantas DBD, mereka akan melakukan sosialisani ke masyarakat.

"Sesuai surat edaran pertemuan nomor 443/104/P2PL/Dinkes/2014, pada Senin (12/1) Dinkes terlebih dahulu akan melakukan rapat bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PDK), Kepala Puskesmas, Camat, Lurah dan Kepala SD dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD yang masih tinggi," kata Almi.

Ia mengatakan, sehubungan dengan masih tingginya kasus DBD di Kabupaten Batanghari, selama tahun 2014 di Batanghari jumlah penderita DBD sebanyak 252 kasus dan dua orang meninggal dunia serta yang di wilayah Kecamatan Muarabulian ada 203 kasus atau 80,56 persen.

"Kecamatan Muarabulian merupakan kecamatan yang tertinggi dalam kasus DBD dan awal tahun 2015 ini jumlah korban meninggal satu orang. Jadi jumlah korban meninggal dunia dari tahun 2014 hingga awal tahun ini sudah tiga orang," ujarnya.

Menurut dia, upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilaksanakan Dinkes Batanghari salah satunya pengasapan (fogging) ternyata tidak begitu efektif dalam mengatasi DBD, sehingga perlu menggerakan semua lapisan masyarakat untuk melaksanakan gerakan PSN.

"Kita perlu mengaktifkan kembali gerakan Jumat Bersih atau gotong royong," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Batanghari Ayub Khan membenarkan adanya rencana menggerakan siswa SD sebagai tenaga penyuluh cilik, mereka akan diajarkan melakukan penyuluhan seperti di rumah dan di masing-masing sekolah.

Ia menjelaskan, Dinkes tidak hanya memfokuskan pengasapan di setiap rumah warga, karena itu peran masyarakat juga sangat penting dalam PSN DBD ini. Saat ini Dinkes hanya fokus pada 60 titik foging yang tersebar di delapan kecamatan.

"Fogging memang tidak memberikan dampak langsung pencegahan DBD. Solusi lainnya adalah dengan membersihkan lingkungan sekitar rumah dan selalu mengontrol ke sekeliling lingkungan rumah," kata Ayub Khan.

(KR-DDS/E003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015