Semuanya dikembalikan kepada pendapat para ahli dalam beberapa hari ini. Kesepakatan agaknya cenderung mengarah kepada pilihan bahwa Cristiano Ronaldo bakal menang
Jakarta (ANTARA News) - Awal tahun 2015, pemirsa dan pemerhati sepak bola sejagat menerima asupan energi perkembangan diri dengan menyaksikan siapa pemain terhebat di kolong langit ini.

Tiga nama kondang pesepak bola terlahir dari rahim bumi yang berkecamuk seiraman ziarah sang waktu, yakni Cristiano Ronaldo, Lionel Messi dan Manuel Neuer.

Atau Ronaldo, atau Messi, atau Neuer? Pastinya, malam ini, di Zurich, Swiss, satu dari tiga pemain itu menerima kalungan predikat sebagai pemain terbaik sejagat.

Terhebat karena ukiran prestasi, ternama karena menorehkan tinta emas di buku mereka yang telah mencapai takaran digdaya sebagai pesepak bola, dan terhormat karena ketiga-tiganya telah lulus dari bangku sekolah kehidupan yang senantiasa menyodorkan pertanyaan, Anda itu siapa sebenarnya?

Ajuan tanya, bahwa anda itu siapa sebenarnya mampu dijawab oleh ketiganya karena ketiga pemain itu kelak dinobatkan sebagai peraih gelar FIFA Ballon d'Or alias Pemain Terbaik Dunia 2014.

Jawaban Ronaldo, Messi dan Neuer tidak muluk-muluk, karena capaian prestasi umumnya diraih dengan keberhasilan berkomunikasi dengan diri sendiri.

Baik Ronaldo, Messi, maupun Neuer sama-sama berbekal tiga pertanyaan kunci, yakni "apa yang dapat saya buat, apa yang harus saya buat, apa yang boleh saya harapkan". Ketiga-tiganya memberi jawabannya sendiri-sendiri.

Bintang Real Madrid, Ronaldo yang kini berusia 29 tahun, telah mencetak 55 gol, dengan 19 assist, dan turun bermain sebanyak 55 laga.

Bintang Barcelona, Messi yang kini berusia 27 tahun, telah menyarangkan 52 gol, 21 assist, dan turun bertanding sebanyak 62 laga; sementara penjaga gawang Bayern Muenchen, Neuer yang berusia 28 tahun, 60 kali turun bertanding, belum menjaringkan gol, dengan 28 clean sheets.

Jelas, bahwa Neuer dikepung dua pemenang edisi terdahulu, Ronaldo dan Messi. Serta merta muncul pertanyaan, apakah Neuer mampu menjadi penjaga gawang kedua yang mampu meraih penghargaan Ballon d'Or setelah Lev Yashin pada 1963?

Rumusan pertanyaan itu lantas bernada nyeleneh, artinya di luar pakem dunia yang getol mengidolakan produktivitas mencetak gol.

Yang terbaik lantas tidak serta merta didefinisikan sebagai "adu banyak". Sekedar adu banyak saja kerapkali menyeret dan memaksa seseorang untuk mengorbankan segalanya tanpa mau berpikir apa sesungguhnya yang ia telah buat.

Adu banyak kerapkali menjerumuskan seseorang untuk menyukai jenis pekerjaan yang praktis-praktis saja, dengan adu cepat menyelesaikan pekerjaan.

Sementara peraih gelar Ballon d'Or 2014 lebih membaptis pesepak bola terbaik, bukan pesepak bola yang terbanyak. Terbaik dalam menjalin kerjasama dengan tim untuk menghasilkan capaian sarat kebersamaan.

Dari jawaban siapa Anda sebenarnya, terlahir jalinan kerjasama antar lini yang kompak. Kebersamaan lahir dari pengenalan diri sendiri. Ini yang dicetuskan oleh Presiden UEFA Michel Platini yang mengungkapkan bahwa capaian gelar di Piala Dunia menjadi faktor menentukan.

Capaian kebersamaan lebih penting dari capaian perseorangan di banyak laga. Neuer justru membawa Jerman menjadi juara Piala Dunia 2014 di Brasil. Ia juga terpilih menjadi pemain terbaik Jerman 2014, meraih penghargaan sarung Tangan Emas Piala Dunia 2014.

Tidak ada batas bagi pengembaraan pikiran. Kans Neuer terbuka lebar menyingkirkan dua predator gol berkelas dunia. Hanya saja, Ronaldo dan Messi sama-sama ingin mencapai kesempurnaan. Persamaan dari ketiganya, yakni sama-sama menjadi pesepak bola yang telah diuji dalam perjalanan waktu.

Sang waktulah yang mengadili siapa yang kelak pantas dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Dunia 2014. Ketiganya layak menyandang predikat sebagai "filsuf", karena Ronaldo, Messi, dan Neuer mencintai hikmat dengan menemukan jawab atas pertanyaan, siapa diri Anda sesungguhnya.

Setelah mengajukan tanya siapa diri sendiri, ketiga flinalis Ballon d'Or itu berpeluang memunculkan evaluasi bagi perkembangan sepak bola di masa mendatang. Setelah 58 tahun, terbuka lebar peluang dari seorang penjaga gawang mampu mengakhiri tiran dari mereka yang suka berkoar mengenai adu banyak mencetak gol.

Ketika membela Bayern Muenchen, Neuer hanya kebobolan 23 gol, dengan segudang trofi, Piala Jerman, Piala Super, dan Piala Dunia 2014. Dan Jerman menyabet gelar sebagai juara dunia.

Tanpa ingin memacu kuda tunggang bernama ideologi perkoncoan, Karl-Heinz Rummenigge tidak kuasa menutup rasa gusar mengenai kans bintang Real Madrid Cristiano Ronaldo untuk meraih gelar FIFA Ballon d'Or 2014.

CEO Bayern Muenchen, justru Rummenigge menyatakan, "Semuanya dikembalikan kepada pendapat para ahli dalam beberapa hari ini. Kesepakatan agaknya cenderung mengarah kepada pilihan bahwa Cristiano Ronaldo bakal menang." "Jika saya boleh jujur, saya merasa gusar dengan hal itu," katanya sebagaimana dikutip dari laman Marca.

Kans Neuer mengukuhkan ujaran bahwa semangat kebersamaan adalah segalanya, bersesuaian dengan pakem mendasar sepak bola yang menekankan kebersamaan bukan keunggulan perorangan.

Kehebatan individu adalah masa lalu; kebersamaan adalah masa mendatang. Ini doktrin anyar sepak bola pasca Ballon d'Or 2014, bahwa penghargaan ini menyasar kepada kehebatan kolektif, kesuksesan sebuah tim.

Trio Ronaldo, Messi, Neuer merupakan finalis dari total 23 nama kandidat awal yang diajukan pada November 2014. Sang pemenang adalah pemburu dari sang waktu. Pengadilnya, para pelatih dan kapten tim nasional dari negara anggota FIFA, serta jurnalis nomor wahid.

Pendapat Platini dan Rummenige lantas dituding tidak netral. Keduanya dibilang menyudutkan dua kampiun dari sepak bola Liga Spanyol (La Liga), yakni Real Madrid dan Barcelona.

Titel juara dunia disandang oleh Mario Goetze, Toni Kroos, Philipp Lahm, Thomas Muller, Manuel Neuer dan Bastian Schweinsteiger. Mereka ini berpeluang mengukuhkan anggapan bahwa era individu sudah mati.

Sepak bola berorientasi dan berotasi di atas matahari kebersamaan dan kekompakan. Skuat Jerman yang juara dunia juara berpeluang memproklamasikan pemberontakan atas durhaka sepak bola yang selama ini mengunggulkan kehebatan perorangan.

Pemain Terbaik Dunia 2014 lahir layaknya bayi yang baru dan murni. Ballon d'Or 2014 merupakan momentum untuk sembuh dusta masa lampau, atau momentum kembali kepada hikmat setiap peristiwa, bahwa yang dapat dikatakan merupakan jawaban atas pertanyaan, siapa diri Anda sebenarnya.

Yang terkatakan hendaknya dikatakan dengan jelas, dan tentang yang tidak dapat dikatakan, orang harus diam, sebagaimana dinyatakan filsuf Wittgenstein. Lagi-lagi, bahwa kehebatan perorangan tinggal mistis belaka dalam pemilihan gelaran FIFA Ballon d'Or 2014.

Jalan buntu dari jawaban atas pertanyaan, siapa diri Anda sebenarnya, merujuk kepada perilaku yang suka menjauhkan perkataan dengan tindakan. Jauh panggang dari api.

Teks Ballon d'Or 2014 bicara mengenai revolusi mental yang mengarah kepada kesatuan dan keselarasan antara pikiran dan perbuatan. Meskipun sepak bola tidak menyediakan segala jawaban, sepak bola layaknya "pribadi" yang layak didengar sebagai vitamin jiwa.

Pesan Neuer merupakan jawaban radikal atas pertanyaan mendasar bahwa bertanyalah lebih dulu dan lebih menghunjam ke saripati diri, "sebenarnya siapa diri Anda?"

Karena manusia dianugerahi akal budi, silakan menggunakan akal budi. Dengan jalan akal budi, manusia mampu menemukan dan menapaki jati diri sesungguhnya. Ide Kebaikan dan Kebenaran adalah segalanya, bukan ide yang keluar dari keinginan diri sendiri.

Era Ballon d'Or 2014 merupakan era kolektivitas! Cepat akhiri egosentrisme dalam diri sendiri, sebelum Anda digulung oleh sang waktu. Selamat datang Pemain Terbaik Dunia 2014 pilihan sang waktu dengan huruf besar.
(T.A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015