Denpasar (ANTARA News) - Ketua Umum Asosiasi Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) Arif Wibowo mengatakan bahwa industri penerbangan nasional harus berbenah lebih serius, menyusul insiden kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501.

"Saya kira, kita memang sudah seharusnya untuk segera berbenah diri mulai dari regulatornya, operatornya, infrastrukturnya, dan lainnya," katanya di Denpasar, Selasa, kepada Antara, usai mengikuti penerbangan perdana Beijing-Denpasar.

Ia menuturkan jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada dua pekan lalu menjadi momentum penting bagi semua pihak yang terkait dengan industri penerbangan.

Arif menekankan penerbangan full service maupun low cost carrier memiliki kewajiban yang sama untuk melakukan pembenahan, begitu pun dengan pihak lain yang terkait industri penerbangan.

"Apalagi jika kita ingin menaikkan peringkat kita dari kategori II ke kategori I Otoritas Penerbangan Amerika Serikat (FAA). Ini harus lebih serius memang tidak ada kata lain," tuturnya.

Penerbangan dari negara yang masuk Kategori 2 menurut FAA tetap dapat melayani penerbangan ke Amerika Serikat tetapi dengan pengawasan tinggi dari FAA.

Berkala, FAA membuat ulasan atas kesiapan keselamatan udara dari beragam negara.

Operator penerbangan dari negara Kategori 2 ini juga tak dapat menambah maupun mengubah rute penerbangan mereka di Amerika. Paparan ini merujuk pada aturan FAA International Aviation Safety Assessment.

"Dengan masuk kategori 2 ini, berarti kita kalah dari Filipina yang telah naik ke kategori 1. Jadi, sudah saatnya kita berbenah lebih serius, tidak saja untuk meraih kenaikan kategori tetapi lebih luas lagi untuk memajukan industry penerbangan nasional yang profesional, termasuk dari segi keselamatan penerbangan," tutur Arif.

Ia menambahkan, terlebih lagi industri penerbangan nasional cukup memiliki pertumbuhan yang positif. jumlah pemakai jasa penerbangan domestik meningkat dua kali lipat dari 2008 menjadi 74,2 juta orang pada 2013; sedangkan pada jalur internasional mencapai 10,8 juta orang.

Pewarta: Rini Utami
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015