Pemerintah harusnya menaikkan angka pertumbuhan ekonomi secara perlahan, karena dengan keadaan global yang cenderung mengalami penurunan ekonomi

Jakarta (ANTARA News) - Target pemerintah Indonesia menumbuhkan angka perekonomian hingga tujuh persen dinilai ekonom sekaligus mantan menteri keuangan Chatib Basri terlalu berisiko.

"Pemerintah harusnya menaikkan angka pertumbuhan ekonomi secara perlahan, karena dengan keadaan global yang cenderung mengalami penurunan ekonomi, jika Indonesia dapat menaikkan angka 5,8 persen itu sudah baik," kata Chatib Basri di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Rabu.

Menurutnya pertumbuhan ekonomi pada angka lima hingga enam persen pada saat ini normal karena melihat tren global harga energi mengalami penurunan yang sangat tajam dan juga asumsi kenaikan suku bunga the fed funds rate pada 2015.

Ia mengatakan jika suku bunga the fed funds rate naik diatas 100 poin maka dapat terjadi capital flow yang dapat mengakibatkan depresiasi nilai tukar rupiah.

Hal tersebut dapat mengakibatkan trade balance menjadi besar karena sebagian besar menggunakan bahan baku impor untuk pembangunan infrastruktur, yang menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi nasional.

"Cara untuk menghadapi masalah tersebut adalah Bank Indonesia harus menaikkan bunga dan pemerintah mengetatkan fiskal, jika tidak dilakukan maka akan terjadi capital outflow," kata dia.

Menurutnya naiknya suku bunga the fed funds rate tetap akan terjadi dan pemerintah tidak perlu panik, tetapi harus sudah menyiapkan strategi untuk menghadapinya.

Ia mengapresiasi pemerintah yang telah menurunkan angka subsidi BBM pada APBN-P 2015 menjadi 56 triliun yang sebelumnya Rp276 triliun sehingga mempunyai ruang fiskal yang besar untuk pembangunan infrastruktur.




Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015