Kami memahami keinginan besar umat Islam dunia secara umum dan Indonesia secara khusus, namun dalam kondisi pembangunan skala raksasa sekarang ini tidak mungkin dapat dipenuhi
Jeddah (ANTARA News) - Menteri Haji Saudi Arabia  Bandar al-Hajjar mengatakan belum bisa menambah kuota haji Indonesia karena alasan keselamatan jamaah haji yang menjadi prioritas Pemerintah Saudi.

"Menjaga keselamatan jamaah haji yang menjadi prioritas Kerajaan Arab Saudi. Maka sulit bagi kami untuk dapat memenuhi penambahan kuota yang dimintakan," demikian dikatakan Bandar saat menerima Menag Lukman Hakim Saifuddin di Kantor Kementerian Haji, Jeddah, Rabu (14/01) sebagaimana dikutip laman resmi Kantor Urusan Haji (KUH) RI di Arab Saudi.

“Kebijakan yang diambil Kerajaan Arab Saudi benar-benar untuk kenyamanan dan keselamatan jemaah haji. Apalagi yang sedang diperluas adalah tempat thawaf yang menjadi sentra pertemuan jemaah haji. Kalau lah boleh saya ilustrasikan, ketika kita memperbaiki mesin mobil para penumpang yang ada di atasnya kita minta untuk turun demi kenyamanan mereka,” tambahnya.

Sebelumnya,  Menag menyampaikan permintaan kepada Bandar al-Hajjar tentang penambahan kuota jamaah Indonesia hingga 190.000 orang dari sebelumnya 168.800 jamaah. “Mengingat jumlah umat Islam Indonesia terbesar di dunia dan animo masyarakat untuk menunaikan ibadah haji dengan antrian 20 tahun lebih, maka pada tahun 2015 ini mungkinkah kami meminta Kementerian Haji dapat menambah jumlah kuota haji menjadi 190 ribu orang jamaah,” pinta Lukman.

Menteri Haji Saudi meminta Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama RI dapat menyampaikan alasan tidak dapat ditambahnya kuota ini karena perluasan terbesar dalam sejarah Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi tidak memungkinkan penambahan kuota. Kuota normal saja dikurangi untuk meminimalisir kepadatan yang terjadi di tempat thawaf dan tempat-tempat suci lainnya yang sedang diperluas dan diperbaiki.

Menteri Haji Bandar menyatakan bahwa pihak Kerajaan Arab Saudi memahami betul keinginan besar umat Islam dunia secara umum dan umat Muslim di Indonesia secara khusus untuk menunaikan ibadah haji yang kian tumbuh dan bertambah dari waktu ke waktu. Karena alasan itu jugalah, lanjut Bandar, perluasan tempat tawaf dan Masjid al-Haram serta Masjid Nabawi yang terbesar dalam sejarah dilakukan atas inisiatif Raja Abdullah bin Abdul Aziz.

“Kami memahami keinginan besar umat Islam dunia secara umum dan Indonesia secara khusus, namun dalam kondisi pembangunan skala raksasa sekarang ini tidak mungkin dapat dipenuhi,” jelas Bandar.

Bandar menambahkan bahwa proyek raksasa yang sedang berlangsung akan memakan waktu 3 tahun, dan sekarang sudah tahun kedua. Artinya, setahun lagi, kuota akan kembali seperti sedia kala sehingga jamaah haji akan mendapat pelayanan lebih baik. Selain  Masjid al-Haram dan Nabawi, perbaikan juga dilakukan dengan pembangunan transportasi kereta api yang menyambungkan Mekkah, Madinah, Jeddah dan tempat-tempat lain.

Harapannya ke depan tempat tawaf dapat menampung 105 ribu jiwa per jam yang sebelumnya hanya menampung lebih kurang 48 ribu per jam. “Ketika perluasan ini sudah selesai, maka ia mampu menampung 105 ribu jemaah per jam untuk mengitari Ka’bah,” pungkas Bandar.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015