Sanaa (ANTARA News) - Para pria bersenjata Sabtu menculik seorang kepala staf Presiden Yaman Abdrabuh Mansur Hadi, yang dicalonkannya menjadi perdana menteri tahun lalu tapi ditolak oleh milisi Syiah yang menguasai ibu kota Sanaa itu, kata seorang pejabat.

Milisi Huthi, yang menguasai Sanaa September lalu, diduga berada di belakang penculikan Ahmed Aswad bin Mubarak, tambah pejabat itu, lapor AFP.

"Satu kelompok bersenjata membangun satu pos pemeriksaan di Hada," satu distrik selatan kota Sanaa dan "menculik Mubarak bersama dengan kawan-kawannya," kata pejabat dari sekretariat dialog nasional kepada AFP.

Mubarak adalah sekretaris jenderal dari dialog nasional yang dibentuk untuk mengawasi transisi politik setelah pengunduran diri presiden Ali Abdullah Saleh tahun 2012 setelah setahun pemberontakan berdarah.

Ia "dibawa ke satu tempat yang tidak diketahui," kata pejabat itu, dan menambahkan para penculik "diduga adalah anggota milisi Huthi".

Yaman dilanda ketikdakstabilan sejak Saleh digulingkan, dengan kelompok Huthi dan Al Qaida berusaha menguasai pemerintah.

Mubarak, yang berasal dari wilayah selatan, adalah salah seorang dari wakil-wakil dalam dialog Gerakan selatan, yang menuntut otonomi atau pemisahan bagi wilayah selatan yang dulu adalah sebuah negara.

Hadi mengangkat Mubarak sebagai perdana menteri Oktober tahun lalu, tetapi ia menolak setelah penentangan keras dari kelompok Huthi dan dari partai Kongres Umum Rakyat yang dipimpin Saleh.

Kelompok Huthi diduga kuat didukung oleh Saleh.

Dewan Keamanan PBB, November mengenakan sanksi-sanksi termasuk larangan visa dan pembekuan asset Saleh dan dua komandan gerilyawan karena mengancam perdamaian.

Penculikan Mubarak terjadi sehari setelah seorang dari dua anggota Huthi diangkat Hadi sebagai para penasehat presiden tahun lalu, mengumumkan ia mengundurkan diri karena nasehatnya diabaikan.

"Saya telah melakukan segalanya yang dapat saya lakukan dalam bulan-bulan belakangan ini untuk mengusahakan tercapainya rekonsiliasi antara gerilyawan Huthi dan presiden dan pemerintah," kata Saleh al-Sammad di Facebooknya, Jumat.

Kekacauan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa Yaman, yang bertetangga dengan Arab Saudi yang kaya minyak dan terletak di rute pelayaran penting dari Terusan Suez ke Teluk, bisa menjadi negara gagal seperti Somalia.

(Uu.H-RN)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015