Bendera Prancis dibakar"
Niamey (ANTARA News) - Empat puluh lima gereja dibakar sepanjang akhir pekan di ibu kota negara Niger saat berlangsungnya protes menentang penerbitan kartun Nabi Muhammad oleh majalah mingguan satire Prancis, Charlie Hebdo, kata polisi, Senin.

Unjuk rasa, yang juga menewaskan lima orang dan melukai 128 lainnya di Niamey itu, membuat sebuah sekolah Kristen dan rumah panti asuhan terbakar, kata Adily Toro, juru bicara kepolisian nasional dalam jumpa pers.

Kerusuhan serupa yang disulut oleh majalah mingguan satire Prancis itu, yang menjadi target serangan maut oleh kelompok Islamis pada 7 Januari menewaskan lima orang dan melukai 45 lainnya di kota bagian selatan Zinder.

Dalam serangan ke Charlie Hebdo, para pria bersenjata menembak tewas 12 orang dengan mengatakan serangan itu sebagai balasan atas penerbitan kartun-kartun sebelumnya yang menghina Nabi. Satu pekan kemudian, staf majalah bersikeras menerbitkan majalah "versi survivor" dengan memunculkan sebuah kartun baru. Penerbitan itu mendapat dukungan dari pihak-pihak yang bersuara keras tentang kebebasan berpendapat, namun lebih lanjut menyulut reaksi kalangan Muslim di sejumlah negara.

"Bendera Prancis dibakar," kata Toro. Ia menambahkan bahwa 189 orang, termasuk anak-anak, ditahan oleh polisi.

Para pengunjuk rasa juga menjarahi dan membakari sejumlah bangunan, termasuk lima hotel dan 36 bar.

Pada Minggu, sekitar 300 demonstran di Niamey membangkang terhadap larangan untuk melanjutkan aksi unjuk rasa. Mereka melempari batu ke arah polisi, yang kemudian menyemprotkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa.

Gubernur wilayah itu, Hamidou Garba, mengatakan 90 orang ditahan, sementara media setempat mengatakan mereka yang ditahan itu termasuk para pemimpin oposisi.

Sesepuh Muslim Yaou Sonna pada Sabtu meminta masyarakat untuk berhenti menyerang kalangan Kristen. "Jangan lupa, Islam menentang kekerasan," katanya melalui televisi pemerintah. "Saya meminta laki-laki dan perempuan, pemuda dan pemudi untuk tentang."

Banyak warga Muslim, yang membentuk mayoritas luar biasa di antara penduduk Niger, menganggap penghinaan terhadap Islam sebagai serangan, demikian AFP melaporkan.

(T008)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015