Jakarta (ANTARA News) - Sudan ingin menjadikan Indonesia berada di posisi teratas dalam hubungan dan kerja sama dengan negara-negara di Asia, kata Duta Besar Sudan untuk Indonesia Abd al Rahim Al Siddig Mohamed.

"Kami berusaha meningkatkan hubungan dan kerja sama dengan Indonesia yang memiliki sumber daya besar dan merupakan pasar dengan 240 juta penduduk," kata Abd Al Rahim di Jakarta Rabu, dalam jumpa pers sehubungan dengan Hari Ulang Tahun ke-59 Kemerdekaan Republik Sudan yang jatuh pada Jumat (23/1)

Menurut dia, dua negara itu telah bekerja dengan erat selama 22 tahun terakhir untuk meningkatkan dan memperdalam hubungan bilateral setelah pembukaan hubungan diplomatik.

Sudan membuka kedutaan besar di Jakarta pada 1992 dan Indonesia membuka kedutaan besar di Khartoum pada 1995.

Pembukaan kedutaan besar tersebut telah memberikan sumbangan bagi peningkatan kerja sama antara kedua negara, kata dia.

Sejauh ini Sudan dan Indonesia menjalin hubungan terutama di sektor pertanian, perikanan, perdagangan, pendidikan dan kebudayaan.

Lebih jauh Dubes Sudan menyatakan volume perdagangan kedua negara berkembang dalam beberapa tahun terakhir dari 270 juta dolar AS menjadi 747,8 juta dolar pada akhir 2010.

Sudan yang berada di jantung antara benua Afrika dan kawasan Timur Tengah mengimpor antara lain tekstil, batere mobil, ban mobil, kertas, furnitur dan peralatan rumah tangga dari Indonesia.

"Indonesia mengalami surplus dan kami berusaha untuk menyeimbangkan volume perdagangan kedua negara. Kami ingin mengekspor daging, gula dan kapas," kata dia.

Sejauh ini Sudan mengekspor daging ke Eropa, Arab Saudi terutama pada musim haji dan Malaysia.

"Kami mendorong para pengusaha Sudan dan Indonesia untuk meningkatkan kerja sama di antara mereka seperti di sektor pertanian, perikanan, telekomunikasi dan transportasi dan mengundang investor dari Indonesia untuk menanam modal di negeri kami," kata Abd Al Rahim, yang tugasnya juga mencakup Singapura dan Australia.

Tiongkok, Malaysia, Turki, beberapa negara Eropa, India, Mesir termasuk investor dengan investasi cukup besar yang tercatat di Sudan.

"Tiongkok mulai melakukan usaha dari Sudan sejak 1993 dan kini telah mengembangkan usahanya ke negara-negara di Afrika," kata Dubes Abd Al Rahim.

Dia mengundang pengusaha Indonesia yang masih fokus kepada pasar domestik di dalam negeri untuk menanam modal di Sudan yang dapat berperan sebagai pintu gerbang bagi produk-produk Indonesia dipasarkan di Sudan dan negara-negara tetangganya sebanyak 600 juta orang.

"Kami sedang memuluskan jalan bagi para pengusaha untuk berbisnis dan investor," katanya.

Selain bekerja sama secara bilateral, kedua negara tersebut juga bekerja sama di forum-forum regional dan internasional.

"Indonesia selalu menyatakan dukungan bagi persatuan, stabilitas dan kedaulatan Sudan serta sangat mendukung proses perdamaian yang dilakukan oleh pemerintah Sudan," kata Dubes Abd Al Rahim, yang telah bertugas hampir tiga tahun.

Dia mengatakan Indonesia selalu menentang intervensi asing dalam urusan internal Sudan.

Kontribusi Indonesia bagi realisasi perdamaian dan stabilitas di Darfur diwujudkan oleh kehadiran pasukan polisi di kawasan itu sejak 2009 di bawah bendera UNAMID.

Pewarta: Mohammad Anthoni
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015