Ke depannya kita harus perhatikan `fiscal policy`, jangan hanya mengandalkan kebijakan moneter, karena pengalaman membuktikan jika hanya kebijakan moneter kita akan sulit mengantisipasi tekanan ekonomi global,"
Jakarta (ANTARA News) - Takaran kebijakan moneter yang diambil Bank Indonesia harus dibarengi dengan penguatan kebijakan ketahanan fiskal, sebagai antisipasi tekanan-tekanan ekonomi global yang semakin kuat di 2015, kata Mantan Menteri Koordinator Ekonomi dan Keuangan, Dorojatun Kuntjoro Jakti.

"Ke depannya kita harus perhatikan fiscal policy, jangan hanya mengandalkan kebijakan moneter, karena pengalaman membuktikan jika hanya kebijakan moneter kita akan sulit mengantisipasi tekanan ekonomi global," kata Dorjatun pada "ANZ Economic Outlook 2015" bekerja sama dengan LKBN Antara di Jakarta, Kamis malam.

Turut hadir dalam kesempatan itu Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto, Direktur Jenderal Pengolahanan dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP Saut Hutagalung dan Staf Ahli Bidang Logistik dan Multimoda Kementerian Perhubungan Sugiharjo.

Menurut Dorojatun, tren pelemahan ekonomi global dengan pemulihan yang tidak merata di beberapa negara seperti sekarang ini tidak dapat dipungkiri mengarah ke fase baru keadaan ekonomi dunia.

Ia mengatakan, keadaan perekonomian dunia antara negara maju dan negara berkembang telah semakin terkoneksi. Jika terjadi guncangan perekonomian di salah satu negara maju, hal itu akan mengakibatkan ekses negatif bagi ekonomi negara-negara lainnya.

Sebaliknya, ujarnya, ketika perekonomian Amerika Serikat, sebagai negara maju terus membaik seperti saat ini, tantangan pembalikan arus modal akan menerpa negara-negara lain, terutama bagi negara tanpa fundamental perekonomian yang kuat.

Ia mengingatkan pemerintah untuk benar-benar serius menjaga defisit anggaran agar tidak melebihi 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Selain itu, BI dan pemerintah juga harus mengantisipasi pelebaran defisit neraca transkasi berjalan, karena ekspor komoditi Indonesia akan terus melemah.

Menurut dia, tantangan ekonomi global di 2015 akan semakin menguat karena perang harga minyak dunia akan terjadi, yang memicu fluktuasi berkepanjangan harga minyak dunia.

Tantangan perekonomian global sebelumnya sudah dimulai dengan antisipasi normalisasi kebijakan moneter AS, yang ditandai dengan pengehentian stimulus dan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS The Federal Reserve.

Sementara itu Direktur Utama Perum LKBN Antara Saiful Hadi, mengatakan perekonomian Indonesia di 2015 akan prospektif, dengan berbagai tantangan dan peluang baru.

Menurut Saiful, fundamental perekonomian yang kuat di 2015 akan memberikan insentif dan iklim usaha yang baik kepada para pelaku bisnis dan investor.

"Kita melihat 2015 dengan keadaan politik, ekonomi dan kebijakan pemerintah yang menyajikan tantangan dan peluang baru," ujarnya.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015