Meskipun ada volatilitas di eksternal, Indonesia tetap menarik bagi investor."
Jakarta (ANTARA News) - PT Bank ANZ Indonesia mengincar pertumbuhan kredit 15-17 persen pada 2015, salah satu faktornya karena didorong meningkatnya kebutuhan pembiayaan infrastruktur sesuai target ekspansi pembangunan di Indonesia.

"Kami memperkirakan pertumbuhan kredit 15-17 persen. Paling tidak sama sesuai industri perbankan di rentang itu," kata CEO ANZ Indonesia, Joseph Abraham, kepada Antara setelah "ANZ Economic Outlook 2015" di Jakarta, Kamis malam.

Joseph optimistis target penyaluran pembiayaan itu akan tercapai karena nasabah korporasi ANZ banyak mencakup BUMN-BUMN di sektor konektivitas dan infrastruktur dan akan membutuhkan lebih banyak pendanaaan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur.

"Nasabah kami banyak dari BUMN, seperti PT. Pelindo I, Pelindo II, kami akan lanjutkan kerja sama ini," ujar dia.

Menyinggung tantangan pengetatan likuditas di 2015, dia meyebutkan kondisi likuiditas perusahaan masih sangat mumpuni.

Menurut dia, dukungan dari induk perusahaan juga akan terus membantu untuk memperkuat fungsi intermediasi ANZ.

"Kami sebenarnya tidak begitu mengacu pada pertumbuhan per semesternya, tapi kami melihat prospek jangka panjang. Kami ingin menjadi bank untuk yang berperan di pembiayaan infrastruktur, pertanian, dan sumber daya alam," ujarnya.

Joseph memandang pertumbuhan kredit dari perbankan juga dipicu dari upaya perbaikan fundamental perekonomian.

Dia memuji kebijakan pengalihan belanja subsidi BBM yang telah dijalankan pemerintah.

Kebijakan pengalihan subsidi itu, menurutnya, sangat diperlukan untuk mengekspansi pembangunan dan menyehatkan ruang fiskal pemerintah.

"Meskipun ada volatilitas di eksternal, Indonesia tetap menarik bagi investor," tuturnya.

ANZ Indonesia, menurut laporan keuangan per September 2014, memperolah laba Rp684,7 miliar, atau tumbuh sekitar 20 persen dibanding September 2013 sebesar Rp566,5 miliar.

Adapun perolehan laba tersebut, salah satunya dipicu pendapatan bunga bersih sebesar Rp1,5 triliun dibanding September 2013 sebesar Rp1,4 triliun.

Sedangkan, rasio kredit bermasalah (non performing loan net/NPL) di 1,3 persen.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015