Washington (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri AS John Kerry pada Sabtu (24/1) mengutuk serangan oleh gerilyawan Ukraina terhadap permukiman sipil di Ukraina Timur, sehingga menewaskan sedikitnya 30 orang dan melukai tak kurang dari 100 orang lagi.

Peristiwa tersebut mengundang ancaman mengenai tekanan AS dan masyarakat internasional atas Rusia.

"Saya bergabung dengan timpalan saya dari Eropa dalam mengutuk dengan sekeras-kerasnya serangan mengerikan hari ini oleh kaum separatis dukungan-Rusia terhadap permukiman sipil di Mariupol," kata Kerry di dalam satu pernyataan.

Diplomat senior Amerika itu menuduh Rusia mengambil "keputusan yang tak bertanggung-jawab dan berbahaya" untuk memasok kembali gerilyawan dengan senjata canggih, demikian laporan Xinhua.

Ia mendesak Rusia agar menutup perbatasan internasionalnya dengan Ukraina dan menarik semua senjata, petempur serta dukungan keuangan.

"Jika tidak, tekanan AS dan internasional atas Rusia dan asuhannya hanya akan meningkat," kata pernyataan tersebut.

Pada Sabtu pagi, Kota Pelabuhan Mariupol di Ukraina menghadapi serangan roket, yang menghantam satu pasar terbuka dan beberapa toko serta rumah di dekatnya dan merenggut banyak korban jiwa. Tayangan televisi memperlihatkan gedung dan mobil yang dilahap api.

Saat ini, jumlah korban jiwa akibat serangan roket itu telah naik jadi 30, sementara hampir seratus orang cedera, kata pemerintah setempat.

Setelah serangan itu, Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengadakan pertemuan darurat Dewan Nasional dan Dewan Pertahanan guna membahas peningkatan ketegangan di wilayah timur negeri tersebut.

Menteri Pertahanan Ukraina Stepan Poltorak juga mengatakan militer Ukraina memperkuat personel di dekat Mariupol.

"Posisi militer Ukraina di dekat Mariupol telah diperkuat. Berbagai tindakan dilakukan guna meningkatkan kekuatan dan senjata untuk memperkuat pertahanan dan melindungi warga sipil dari pemboman," kata Poltorak kepada kantor berita TASS.

Pada Sabtu pagi, Alexandr Zakharchenko, pemimpin gerilyawan yang mengupayakan kemerdekaan di Ukraina Timur, mengatakan pasukan gerilyawan melancarkan serangan terhadap Mariupol untuk merebut kota yang dikuasai pemerintah itu.

Babak kerusuhan paling akhir tersebut, yang meletus dua pekan sebelumnya, menandai gelombang baru peningkatan konflik sembilan-bulan di Ukraina Timur.

Sejak 12 Januari, sebanyak 290 orang telah tewas akibat pertempuran antara prajurit militer pemerintah dan gerilyawan. Secara keseluruhan, jumlah korban jiwa akibat konflik itu mencapai lebih dari 5.000 orang.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015