Beijing (ANTARA News) - Surat Kabar Tiongkok menyalahkan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe atas tewasnya satu dari dua warga negaranya yang menjadi sandera kelompok bersenjata ISIS pekan lalu.

Dalam kolom editorialnya surat kabar Tiongkok Global Times menyatakan bahwa dukungan pemimpin Jepang kepada AS telah menjerumuskan Tokyo ke dalam konflik, meskipun "negara Asia Timur tidak menjadi target utama" dari teroris global ISIS.

Kelompok ISIS menyatakan eksekusi mati Haruna Yukawa dilakukan dengan pemenggalan. Tindakan tersebut mendapatkan kecaman dari seluruh pemimpin dunia.

"Pembunuhan sandera Jepang kiranya menjadi harga yang harus dibayarkan Jepang untuk dukungannya terhadap Washington," kata surat kabar itu dalam editorial yang berjudul "Strategi Abe jelas setelah krisis penyanderaan" dan menyebutkan perdana menteri Jepang dengan namanya sebanyak lima kali.

Abe bisa berusaha untuk menggunakan krisis penyanderaan untuk mencabut konstitusi pasifis Jepang, pertama kali dikenakan oleh AS setelah Perang Dunia II, saran surat kabar tersebut.

Selama ini Beijing dan Tokyo tengah berselisih atas sengketa teritorial di Laut Cina Timur, sementara ekonomi kedua dan ketiga terbesar di dunia itu memiliki hubungan bisnis yang dekat dan hubungan politik mereka sangat diwarnai oleh perjalanan sejarah.

Abe menyebutkan pembunuhan Yukawa yang "keterlaluan dan tidak dapat dimaafkan" kemudian menyerukan pembebasan segera tawanan Jepang lainnya, yaitu seorang jurnalis lepas Kenji Goto.

Kelompok ISIS awalnya menuntut Jepang membayar tebusan sebesar 200 juta dolar AS dalam batas waktu 72 jam yang diumumkan Selasa (20/1), sementara Abe bersumpah bahwa Tokyo tidak akan pernah menyerah pada terorisme, demikian laporan AFP.

(Uu.A050)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015